Pengendalian Penyakit Antraknosa: Menghindari Penurunan Produksi pisang di Lampung

Pengendalian Penyakit Antraknosa: Menghindari Penurunan Produksi pisang di Lampung

Produksi pisang di Lampung pada 2020 lalu tercatat mengalami penurunan sebesar 0,05 persen dibanding tahun sebelumnya. Penurunan tersebut disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah kerusakan buah yang diakibatkan perlakuan pascapanen yang salah. Pada saat pascapanen, pisang rentan terserang penyakit antraknosa yang disebabkan oleh pathogen Colletotrichum musae.

penyakit antraknosa
foto: pertanianku

Cendawan C. musae dapat bertahan di dalam daun yang mati atau membusuk, lalu sporanya disebarkan oleh angin, air, serangga, burung, dan tikus yang memakan pisang. Jamur akan menyerang pisang melalui luka kecil yang berada pada kulitnya, kemudian jamur berkecambah dan mulai menimbulkan gejala.

Cendawan penyebab penyakit antraknosa ini dapat tumbuh pada suhu, tingkat kelembapan, dan curah hujan yang tinggi. Gejala serangan dapat terlihat pada saat proses pematangan buah ketika berada pada tandan pohon atau saat pisang disimpan setelah dipanen. Penyakit antraknosa dapat menyebabkan kualitas buah menurun selama proses penyimpanan dan distribusi. Penurunan kualitas pisang dapat menyebabkan kerugian bagi petani karena harga jualnya semakin rendah atau bahkan sama sekali tidak bisa dijual.

Pisang yang sudah dipanen dan terserang penyakit antraknosa biasanya akan membusuk atau rusak sebelum matang sempurna. Serangan dimulai dari munculnya bercak-bercak berwarna cokelat yang sedikit melengkung ke dalam, kemudian akan segera membesar dan daging buah menjadi rusak.

Melansir dari laman cybex.pertanian.go.id, pengendalian penyakit antraknosa dapat dilakukan melalui beberapa cara. Pertama, pengendalian dapat dilakukan secara hayati dengan menggunakan 10 persen getah arab dengan 1,0 kitosan (turunan kitin) yang terbukti ampuh mengendalikan penyakit selama masa penyimpanan. Adapun pencegahan bisa dilakukan dengan menggunakan ekstrak sitrat dan ekstrak rimpang zingiber.

Selanjutnya, pengendalian secara kimiawi dapat menggunakan mancozeb (0,25 persen) atau benzimidazole (0,05 persen) dengan cara disemprotkan ke tandan pisang selama penanaman, lalu tandan ditutup untuk menghindari kontaminasi. Selanjutnya, buah hasil panen dicelupkan atau disemprot dengan fungisida yang mengandung benzimidazole.

Pencegahan dapat dilakukan dengan menghindari kerusakan saat proses panen, pengemasan, dan penyimpanan. Petani dapat memanfaatkan selongsong plastik setelah tandan pisang muncul untuk melindungi kontaminasi.

Serangan penyakit antraknosa juga dapat dicegah dengan menjaga kebersihan tempat penyimpanan, mencuci kulit buah agar terbebas dari spora jamur, dan menyingkirkan daun yang membusuk serta bagian buah yang tersisa.

Managed & Maintenanced by ArtonLabs