Porang untuk Bahan Baku Kertas Berharga

Porang untuk Bahan Baku Kertas Berharga

Para petani porang sepertinya akan kembali bergairah. Setelah pasar porang anjlok lantaran ekspor ke Tiongkok ditutup, kini keran itu dibuka lagi. Bahkan pemerintah telah melakukan riset pemanfaatan porang untuk substitusi impor bahan baku kertas. Artinya, permintaan terhadap porang semakin luas.

Perlu diketahui, harga porang sempat mencapai Rp11.000 per kilogram pada beberapa tahun lalu. Tapi harganya terus turun hingga Rp6.000 per kilogram. Penurunan harga jual porang ini sempat membuat ciut petani komoditas itu, beberapa di antaranya bahkan sampai menghentikan produksinya.

Data Kementerian Perindustrian menyebutkan, pada 2020, produksi umbi porang di Indonesia mencapai 142.000 ton dari luas lahan sebesar 19.950 hektare (ha), dan ditargetkan pada 2024 produksi umbi porang akan mencapai 600.000 ton dari luas lahan sebesar 100.000 ha. Saat ini, terdapat 13 perusahaan yang menghasilkan chip porang dengan total produksi 22.833 ton per tahun, dan enam industri pengolah porang yang mampu memproduksi tepung glukomanan dengan total produksi 1.180 ton per tahun.

Potensi penggunaan tepung porang/glukomanan di industri kertas dan kimia cukup besar, yakni mencapai 25.362 ton per tahun. Selain itu, sisanya berpotensi terserap di industri makanan dan minuman 19.936 ton per tahun serta industri farmasi, kosmetik, dan lainnya sebesar 10.136 ton per tahun.

Nilai Tambah Tinggi

Namun demikian, Kementerian Perindustrian terus mendorong industri pengolahan porang untuk menghasilkan berbagai produk turunan yang bernilai tambah tinggi. Upaya hilirisasi ini perlu didukung dengan penggunaan teknologi modern dan pemanfaatan kegiatan riset agar menciptakan inovasi produk yang berdaya saing.

Dirjen Industri Agro mengemukakan, pihaknya telah melibatkan berbagai pihak, antara lain, dari pelaku industri, akademisi, dan lembaga litbang untuk bersama-sama mengembangkan industri pengolahan porang yang terintegrasi dari hulu sampai hilir. Industri pengolahan porang ini tidak hanya memasok kebutuhan industri makanan dan minuman, melainkan memenuhi untuk sektor industri nonpangan.

“Strategi yang akan kami lakukan, antara lain, injeksi teknologi serta penguatan litbang dan SDM. Langkah ini diyakini dapat memberikan multiplier effect yang luas bagi perekonomian nasional, baik itu kontribusi devisa melalui investasi dan ekspor maupun penyerapan tenaga kerja yang cukup banyak,” kata Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika di Jakarta, pada 14 Juli 2022.

Salah satu inovasi yang tengah dikembangkan adalah porang bisa menjadi bahan penolong pembuatan kertas berharga dan kertas sigaret. Produk kertas berharga tersebut digunakan untuk, antara lain, kertas ijazah, buku paspor, buku nikah, dan kertas arsip khusus. Kualitas  kertasnya  lebih baik dan memiliki daya tahan yang cukup lama. Bahkan, kekuatan kertasnya bisa melampaui usia manusia.

“Dari hasil inovasi ini, kami optimistis dapat mengoptimalkan penggunaan produk dalam negeri dan ikut mendukung program substitusi impor,” imbuhnya. Apalagi, Indonesia memiliki banyak wilayah penghasil komoditas porang, mulai dari Pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan, hingga Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.

Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Selulosa (BBSPJIS) Kementerian Perindustrian siap mendukung potensi pemanfaatan tepung glukomanan pada industri kertas. BBSPJIS menyebutkan, industri kertas merupakan pemakai terbesar aditif pati. Selama ini, pati yang digunakan oleh industri kertas berasal dari tepung tapioka, guar gum, dan carboxy methyl cellulose (CMC).

BBSPJIS juga melaporkan, tepung glukomanan (porang) dapat dimanfaatkan untuk bahan penolong pembuatan kertas arsip, kertas sigaret, dan tisu dapur. Hasil riset menunjukkan, penggunaan glukomanan pada pembuatan kertas arsip dan kertas sigaret dapat menghasilkan kekuatan yang lebih tinggi dibandingkan guar gum yang selama ini 100% diperoleh dari impor.

BBSPJIS menggandeng PT Pura Barutama dalam upaya menghasilkan teknologi untuk pengolahan porang menjadi tepung untuk mendukung industri yang membutuhkan. Mesin ini merupakan karya anak bangsa karena dirancang oleh engineer PT Pura Barutama.

Sebelumnya, Putu berkesempatan meninjau industri pengolahan porang yang berlokasi di Perawang, Riau, PT Mitra Porang Nusantara yang tengah menjajaki kerja sama dengan PT Pura Barutama. Salah satu visi perusahaannya adalah meningkatkan perekonomian nasional, dan secara khususnya untuk masyarakat Riau. Langkah maju yang diterapkan PT Mitra Porang Nusantara, misalnya, penanaman porang melalui sistem tumpang sari dengan pohon kelapa sawit dan karet.

“Jadi, kami inginkan masyarakat di Riau ini tidak bergantung hanya pada satu komoditas saja. Karena apabila terjadi fluktuasi harga, seperti yang dialami oleh petani kelapa sawit saat ini, mereka akan bisa terbantu dari komoditas lainnya, yakni porang,” tutur Chief Operating Officer (COO) PT Mitra Porang Nusantara Deny Wilianto.

Untuk memenuhi kebutuhan bahan bakunya, PT Mitra Porang Nusantara juga menerima pasokan porang dari wilayah lain, di antaranya, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Sumatra Selatan, Jambi, Bengkulu, dan Lampung. Saat ini perusahaan menampung sebanyak 80 ton umbi porang per hari dalam tiga shift.  Mereka telah memproduksi 12 ton chip porang per hari yang akan menghasilkan 1 ton tepung glukomanan per hari.

Perusahaan yang berdiri sejak tahun 2021 ini telah menggunakan teknologi produksi yang modern. Hal ini diharapkan dapat menciptakan inovasi dalam menghasilkan produk turunan yang beragam.

PT Mitra Porang Nusantara juga menerapkan digitalisasi dalam penerimaan porang dari para petani. Tujuan aplikasi ini, antara lain, untuk mengetahui ketelusuran wilayah tanam dan jadwal panen. Artinya, perusahaan akan terjamin dalam pasokan bahan bakunya.

Managed & Maintenanced by ArtonLabs