Faktor Penyebab dan Solusinya Terhadap Meningkatnya Hama Penggerek Batang Pada Cengkeh di Seram Timur dan Selatan

Faktor Penyebab dan Solusinya Terhadap Meningkatnya Hama Penggerek Batang Pada Cengkeh di Seram Timur dan Selatan

Cengkeh merupakan salah satu komoditas unggulan perkebunan yang memiliki sensitivitas tinggi terhadap perekonomian nasional. Sejak dulu, cengkeh menjadi “emas hijau’ yang diperebutkan oleh bangsa-bangsa di dunia hingga menjadi pemicu pertikaian dua Negara Eropa dan menjadi tak terlepas dari perjuangan rakyat Maluku mempertahankan kedaulatan bangsa dan negara.

BBPPTP Ambon

Cengkeh telah memberi sumbangsih yang cukup besar bagi sumber devisa negara. Pada tahun 2020, ekspor cengkeh nasional mencapai 47.765 ton ke Arabia, Uni Emirat Arab, dan Singapura dengan nilai mencapai 176.557 US$. Luas total areal tanaman cengkeh nasional pada tahun tersebut mencapai 575.813 ha dengan jumlah produksi sebesar 145.984 ton. Sementara itu, luas areal tanaman cengkeh perkebunan rakyat di Provinsi Maluku 44.555 ha dengan produksi sebesar 72.918 ton (Statistik Perkebunan 2020-2022).

Kejayaan tanaman cengkeh tak terlepas dari serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) yang seringkali menjadi faktor pembatas kualitas dan kuantitas hasil. Baru-baru ini kasus serangan OPT kembali terjadi di Provinsi Maluku, terutama di Seram Timur dan Seram Selatan. Namun hingga saat ini belum dipastikan jenis OPT yang menyerang tanaman cengkeh di wilayah tersebut. Meskipun demikian berdasarkan gejala yang dilaporkan, tanaman cengkeh diduga terserang hama penggerek batang (Nothopeus spp.) dan dilaporkan juga diduga ada penggerek batang/cabang/ranting cengkeh lainnya seperti Hexamitodera sp., Ambrosia sp., dan Coptocercus sp.

Gambar 1. (a) larva, (b) pupa, dan (c) imago Nothopeus spp.
Sumber : puslitbangbu
Gambar 2. Hama penggerek batang/cabang/ranting cengkeh lainnya;
(a) Hexamitidora sp., (b) Coptocercus sp., dan (c) Ambrosia sp.
Sumber : www.beetle.com

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan hama penggerek batang pada cengkeh di Seram Timur dan Selatan antara lain:

  1. Minimnya petugas pengamat OPT
    Dalam sistem budidaya tanaman berkelanjutan, pengamatan menjadi faktor yang sangat penting untuk mengetahui dinamika populasi OPT. Bahkan dalam prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT), dianjurkan bahwa pengamatan OPT dilakukan lebih intensif dan teratur. Keterlambatan pengamatan menyebabkan kesulitan tindakan pengendalian apabila populasi OPT melebihi Ambang Ekonomi (AE). Kurangnya petugas pengamat OPT terutama terjadi di wilayah seram bagian timur, sehingga kasus ini tidak terpantau sejak dini.
  2. Wilayah rawan bencana
    Dilaporkan bahwa kasus ini terjadi di wilayah rawan bencana (gempa bumi) sehingga para petani sangat jarang mengunjungi kebunnya.
  3. Tidak dibudidayakan secara intensif
    Lokasi kebun yang jauh dari tempat tinggal pemilik kebun menyebabkan kurang optimalnya budidaya tanaman cengkeh yang sesuai pedoman Good Agriculture Practice (GAP). Misalnya sanitasi kebun, pemupukan, pengendalian OPT, serta penanganan budidaya lainnya.
  4. Anomali cuaca
    Pemanasan global yang terjadi akhir-akhir ini menyebabkan fluktuasi iklim dan cuaca tidak dapat diprediksi sehingga siklus hidup dan biologi OPT tidak menentu. Pada kondisi iklim tertentu, seringkali OPT menyesuaikan siklus hidupnya sehingga tingkat serangan sangat massif bahkan terjadi eksplosi OPT (Outbreak).
  5. Pandemi covid-19
    Sesuai arahan pemerintah atas kejadian pandemi covid-19, seluruh kegiatan yang terkait dengan kerumunan dikurangi, sehingga kegiatan pengendalian OPT dan PPHT pada tahun 2020 dan 2021 tidak dapat dilaksanakan.
  6. Deforestasi
    Dugaan penyebab serangan OPT pada kasus ini juga akibat deforestasi. Rusaknya habitat hutan akibat alih fungsi lahan menyebabkan migrasi hama sekunder menjadi hama utama yang secara tiba-tiba menyerang pertanaman cengkeh. Kasus ini pernah terpantau pada tahun 2015   sampai dengan saat ini.
  7. Minimnya data OPT
    Minimnya data perkembangan OPT mengakibatkan ledakan serangan OPT tidak tertangani lebih awal.
  8. Sarana dan pra sarana
    Minimnya sarana dan prasarana pengendalian OPT di Brigade Proteksi Tanaman, sehingga apabila terjadi eksplosi OPT tidak dapat tertangani.

Gejala serangan  hama penggerek batang/cabang/ranting adalah lubang-lubang berukuran 3 – 5 mm yang ditutupi serbuk kayu bekas gerekan. Cairan kental bercampur kotoran keluar dari lubang gerekan. Jumlah lubang gerekan dapat mencapai 20 – 70 buah/pohon.

Gambar 3. Gejala serangan Nothopeus spp.
Sumber : Ratmawati, 2021
Gambar 4. Gejala serangan hama penggerek batang/cabang/ranting lainnya
Sumber : BBPPTP Ambon

Upaya pengelolaan hama penggerek batang/cabang/ranting pada cengkeh adalah sebagai berikut:

  1. Perlu koordinasi dan sosialisasi kepada pemangku kepentingan bahwa kondisi meningkatnya serangan hama penggerek batang/cabang/ranting pada cengkeh adalah kondisi prioritas yang  perlu dikendalikan dengan mengalokasikan anggaran, pemetaan daerah serangan, dan lokasi mana saja yang akan diprioritaskan untuk dikendalikan.
  2. Pengendalian yang dilakukan yaitu dengan kultur teknis (sanitasi kebun dan pemupukan), penggunaan light trap, penggunaan plat kuning, dan pengendalian secara biologis (APH Beauveria bassiana) untuk tanaman yang terserang ringan sampai sedang.
  3. Agar mengusulkan penambahan jumlah SDM POPT, petugas pengamat OPT, dan meningkatkan kompetensi SDM Penyuluh atau Petugas lapang lainnya di Dinas Pertanian Prov/Kab/Kota dan BBPPTP Ambon.
  4. Perlu melakukan pengamatan secara dini terhadap hama penggerek batang/cabang/ranting pada cengkeh di setiap wilayah kerjanya.
  5. Semua pemangku kepentingan berupaya meningkatkan kompetensi petani dalam melakukan pengamatan hama penggerek batang/cabang/ranting di kebunnya, dan melakukan teknik budidaya secara intensif sesuai prinsip GAP cengkeh.
  6. Untuk tanaman yang sudah terserang berat disarankan pengendalian dengan eradikasi, selanjutnya dilakukan peremajaan tanaman, intensifikasi dan rehabilitasi tanaman tua.
  7. Membuat demplot kebun sehat cengkeh.

Oleh: Alimin, S.P., M.Sc. dan Esther M. Silitonga, M.Sc.

Sumber: https://ditjenbun.pertanian.go.id/faktor-penyebab-dan-solusinya-terhadap-meningkatnya-hama-penggerek-batang-pada-cengkeh-di-seram-timur-dan-selatan/

Managed & Maintenanced by ArtonLabs