Hadapi Perdagangan Global, Petani Kopi Harus Kenali Teknologi

Hadapi Perdagangan Global, Petani Kopi Harus Kenali Teknologi

Kopi, merupakan salah satu komoditas pasar terbesar di Indonesia. Beberapa tahun terakhir, menjadi trending topic seluruh lapiran mayarakat, padahal sudah menjadi minuman favorit masyarakat Indonesia. Kini kopi naik kelas, lantaran bisa diolah menjadi berbagai produk kemasan makanan dan minuman. Dalam menghadapi fakta tersebut, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyelenggarakan pelatihan pengolahan kopi fermentasi, di tengah masyarakat Temanggung. Hal ini dilaksanakan sebagai rangkaian roadshow ke berbagai kota di Jawa Tengah, yang berlangsung mulai 19 hingga 22 November 2022, di Temanggung (22/11).

Produk kopi di Indonesia, berpotensi besar menciptakan perdagangan kopi di dunia. Hasil panen kopi di Indonesia, memiliki keunikan cita rasa, dan aroma. Potensi ini, bisa dimanfaatkan sebagai kekuatan ekonomi rakyat. Hal tersebut, diungkapkan peneliti BRIN Tri Marwati selaku instruktur kegiatan pelatihan, dengan memaparkan tema ”Pengolahan Kopi Fermentasi Pemicu Citarasa Specialty”.

Tri mengungkapkan, untuk mendorong peningkatan produksi kopi Indonesia di tengah arus perdagangan global, para petani kopi harus dibekali dengan kesiapan teknologi. Selain itu, sarana dan prasarana pascapanen yang tepat, sehingga produk tersebut terjamin mutunya. Kopi tersedia melimpah, pasokan produksi tepat waktu, dan berkelanjutan. ”Salah satu kunci penting, perlu penanganan yang baik saat pascapanen. Hasil panen akan meningkat, dan tentu saja meningkatkan kesejahteraan petani,” tambahnya.

Dia menjelaskan, ada berbagai jenis kopi di Indonesia, yaitu arabika, robusta, dan liberika. Untuk menciptakan mutu produk kopi, kita harus menilai kopi yang diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu specialty, premium, dan komersial. ”Kita harus menciptakan olahan kopi fermentasi, hingga menuju level tertinggi yaitu specialty. Hal ini akan menjadi peluang besar, untuk meningkatkan aset pendapatan petani maupun pengolah kopi,” ungkapnya.

Tri mengutarakan tentang kualitas kopi, yang ditentukan mulai dari pemetikan pada kematangan yang tepat. ”Kita hanya memetik buah yang telah matang, dan berwarna merah. Cara memetik kopi pun, mempengaruhi kualitas produk. Ada tiga jenis cara panen yang memengaruhi kualitas kopi, yaitu dengan cara selektif, racutan, dan lelesan,” ucapnya.

Untuk menjamin kualitas produk, bebernya, kita harus memilah biji kopi dengan metode sortasi. ”Terdapat berbagai cara pengolahan, antara lain: basah (fullwash), setengah basah (honey), kering (natural), dan fermentasi (wine). Kopi yang sudah dipetik harus segera diolah, supaya tidak mudah terkontaminasi jamur yang mengurangi cita rasa,” katanya.

Tri membeberkan proses produksi kopi mulai dari panen, pengeringan dan penyimpanan biji kopi. ”Selanjutnya penyangraian, pencampuran berbagai jenis kopi, sampai dengan penggilingan, dan pengemasan. Tahapan-tahapan tersebut, menjadi kunci pencapaian kualitas produksi kopi,” ujar Tri.

Kegiatan yang bertajuk Berbakti untuk Negeri ini, diselenggarakan oleh BRIN bekerja sama dengan Komisi VII DPR RI. Abdul Kadir Karding selaku anggota Komisi VII DPR RI menyampaikan, Temanggung merupakan kota kecil di Jawa Tengah, sebagai produsen kopi terbesar di Asia Tenggara. ”Temanggung dengan cuaca dingin di dataran tinggi, menjadi potensi besar bagi para petani sekaligus pengolah kopi. Hal ini, menjadi peluang yang harus ditangkap BRIN, dalam upaya mengembangkan potensi masyarakat Temanggung, untuk memperluas jejaring sampai mendunia,” harapnya.

Sumber: https://www.brin.go.id/news/110928/hadapi-perdagangan-global-petani-kopi-harus-kenali-teknologi

Managed & Maintenanced by ArtonLabs