BRIN Dukung Riset Komprehensif Pemanfaatan Tumbuhan Etnik untuk Pengobatan

BRIN Dukung Riset Komprehensif Pemanfaatan Tumbuhan Etnik untuk Pengobatan

Indonesia selain dikenal sebagai negara dengan kekayaan biodiversitas, dikenal juga sebagai negara dengan kekayaan budaya kesehatan termasuk ramuan tradisional. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional menggelar Webinar Bincang Riset yang ketujuh dengan topik “Riset Etnofarmakologi dan Pengembangan Produk Bahan Alam”, Rabu (30/11) secara daring. 

“Tanpa riset yang komprehensif, ilmu-ilmu kesehatan tradisional yang dimiliki semua etnis tidak bisa berwujud menjadi suatu produk yang bisa bermanfaat lebih luas untuk kesehatan dan kesejahteraan masyarakat,” ujar Plt. Kepala Pusat Riset Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional, Yuli Widiyastuti dalam sambutannya pada saat membuka webinar.

Ia menjelaskan webinar kali ini membahas perspektif kesehatan tradisional bagaimana suatu etnis memiliki suatu budaya terkait dengan kesehatan, berbagai ramuan tradisional, pengembangan produk yang berdaya saing dan inovasi kesehatan. Etnofarmakologi sendiri merupakan kajian tentang pemanfaatan tumbuhan etnik tertentu yang digunakan dalam pengobatan. 

“Semoga webinar kali ini akan bermanfaat untuk kita semua, semoga dapat menggali dan memanfaatkan kekayaan budaya Indonesia agar setinggi-tingginya dapat mendukung upaya kesehatan masyarakat,” tambahnya.

Setia Pranata, Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Kesehatan Masyarakat dan Gizi BRIN menjelaskan tentang pengobatan tradisional dalam perspektif antropologi. Menurut catatan WHO sekitar 20.000 spesies tumbuhan dipergunakan oleh penduduk dunia sebagai obat. Masalah kesehatan tidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di dalam masyarakat di mana mereka berada. Mereka memanfaatkan pengetahuan tradisional dan keanekaragaman hayati di lingkungannya untuk terhindar dan sembuh dari gangguan kesehatan.

“Melalui sosial budaya muncul suatu ilmu yang disebut antropologi kesehatan. Antroplogi melihat kebudayaan sebagai suatu sistem yang terdiri dari pengetahuan masyarakat, kepercayaan yang diyakini, nilai-nilai yang ada yang berhubungan dengan kondisi sehat dan sakit. Diskusi antropologi lebih menekankan kepada pendekatan kualitatif,” jelasnya.

Setia mengatakan peran antropologi dalam saintifikasi pengetahuan kesehatan tradisional adalah sebagai alat bantu untuk melakukan kegiatan exploring, examining and describing etnomedicine yang diwarnai oleh nilai, norma dan kepercayaan dari suku bangsa tersebut. Etnomedicine adalah sumber ilmu pengetahuan kesehatan untuk dikembangkan menjadi biomedicine.

Pada kesempatan yang sama Suharmiati, Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional BRIN memaparkan tentang riset etnofarmakologi tradisi masyarakat dan pemanfaatan ramuan madura. “Minum jamu sudah menjadi tradisi masyarakat madura, karena sudah dirasakan manfaatnya dan sudah turun temurun. Dari sejak kecil, khususnya perempuan, sudah dibiasakan untuk meminum jamu oleh ibunya. Masyarakat madura lebih menyukai bentuk jamu yang kental dalam bentuk serbuk karena khasiat yang dirasakan lebih nyata dan aroma jamunya lebih terasa,” jelasnya.

Ramuan madura dimanfaatkan sejak masa anak-anak sampai dewasa dengan jenis dan manfaat yang bervariasi dengan ciri khas aroma tajam dan kental, dibuat dari bahan baku segar dan simplisia (bahan yang dikeringkan). Ramuan madura merupakan salah satu obat asli Indonesia yang perlu dilestarikan yang bisa dibuat untuk skala rumah tangga dan masih diperlukan eksplorasi lebih lanjut sebagai pengembangan produk bahan alam.  

Sementara itu, Edy Marwanta, Peneliti Pusat Riset Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional BRIN menyampaikan materi tentang riset dan hilirisasi produk bahan alam untuk kesehatan, yang termasuk pada riset industrial untuk menstimulasi kemajuan industri untuk inovasi yang berkelanjutan.

Riset produk bahan alam untuk kesehatan terdiri dari invensi, saintifikasi obat tradisional, standarisasi bahan baku dan rekayasa proses produksi dan uji produk yang tujuannya untuk hilirisasi atau komersialisasi produk bahan alam. “Bukan hanya scientifically proven tetapi juga technically proven supaya secara teknik terbukti bahwa hasil kita bisa kita bawa ke industri,” ungkapnya.

“Dalam riset industri penting untuk mempunyai prototipe produk karena dalam riset terdapat output, outcome dan impact agar hasil riset kita dapat dimanfaatkan dan memberikan dampak kesehatan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat,” tambahnya. 

Edy juga menyampaikan tentang studi kasus riset produk black garlic dari awal proses hingga komersialisasi. Webinar kali ini juga menghadirkan narasumber dari Martha Tilaar Grup yaitu Maily selaku Advance Research and Evaluation Centre Head yang membahas sharing tentang apa yang dilakukan oleh Martha Tilaar Group dalam menggali budaya ketimuran, dan memanfaatkan kekayaan alam Indonesia untuk mempercantik dan memberdayakan wanita Indonesia dan membawa produk-produk kecantikan untuk masyarakat dunia, melalui riset dan inovasi yang kuat serta kolaborasi dengan berbagai pihak secara konsisten.

Sumber: https://www.brin.go.id/news/110974/brin-dukung-riset-komprehensif-pemanfaatan-tumbuhan-etnik-untuk-pengobatan

Managed & Maintenanced by ArtonLabs