Periset BRIN Jajaki Kolaborasi Pengelolaan Sampah Organik dengan Pemanfaatan Maggot

Periset BRIN Jajaki Kolaborasi Pengelolaan Sampah Organik dengan Pemanfaatan Maggot

Salah satu metode pengolahan sampah organik seperti sampah dapur adalah biokonversi dengan metode BSF (Black Soldier Fly). Produk yang dihasilkan dari BSF antara lain maggot dan kompos. Produk ini dapat bernilai ekonomi tinggi karena dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan kegunaan lainnya.

Guru Besar IPB University dari Fakultas Peternakan Dewi Apri Astuti mengatakan bahwa maggot BSF memiliki keunggulan sebagai pakan ternak. Eropa bahkan telah memanfaatkan larva sebagai salah satu pakan ternak berkelanjutan demi menunjang kebutuhan pangan. Terlebih kebutuhan akan protein hewani mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya angka pertumbuhan populasi. 

Menurutnya, kehadiran pakan berkontribusi signifikan untuk menghasilkan produksi ternak yang optimal. Dikarenakan biaya pemberian pakan yang cukup tinggi, dunia peternakan mencari alternatif pakan yang efisien, salah satunya BSF. Solusi ini dapat mengatasi tingginya angka impor tepung ikan yang menyebabkan defisit negara.

Untuk mengamati secara lebih dekat bagaimana teknologi pengelolaan sampah terintegrasi dan mandiri dengan memanfaatkan magot Lalat Tentara Hitam atau Black Soldier Fly (BSF), Pusat Riset Teknologi Tepat Guna (PRTTG) Badan Riset dan Inovasi Nasional berkunjung dan meninjau Instalasi Pengelolaan Sampah Yayasan As-Syifa Al-Khoeriyyah pada Kamis (09/02). Peninjauan dilaksanakan di Area Peternakan Yayasan As-Syifa Al-Khoeriyyah tempat dimana maggot dibudidayakan untuk mengurai sampah organik rumah tangga.

Kegiatan tersebut merupakan bagian dari riset PRTTG BRIN yang berjudul “Pengembangan Teknologi Tepat Guna Pengolahan Sampah Perkotaan dengan RDF (Refuse Derived Fuel) dan Biokonversi BSF Skala TPS : Studi Kasus Kabupaten Subang”. Tim Periset BRIN terdiri dari Yose Rizal Kurniawan, Sriharti, Suwarni Tri Rahayu, Yogi Himawan dan Adam Robisalmi. 

Peneliti Ahli Muda PRTTG BRIN Yogi Himawan, menyampaikan kedepannya akan berkolaborasi dengan para penggiat magot untuk menekan permasalahan sampah yang ada di Kabupaten Subang. Diharapkan pola-pola yang telah diterapkan Yayasan As-Syifa Al-Khoeriyyah mampu menjadi model percontohan. 

“Kedepannya kita akan melibatkan para penggiat maggot di Kabupaten Subang dalam rangka pengelolaan sampah secara terpadu, sehingga nantinya dapat berkurang sampah organiknya,” terangnya.

Pengelolaan sampah organik dengan magot ini sangat berdampak signifikan, sampah yang diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang biasanya mencapai 20 kali angkut kini hanya menjadi dua kali angkut.

Sementara Manajer Rumah Tangga AS-Syifa Jalancagak, Ade Sunaryo menerangkan saat ini kebutuhan sampah organik untuk budidaya magot masih kurang dengan total kebutuhan mencapai dua ton sampah perhari namun baru tersuplai 600-900 Kilogram perhari. “Kita kekurangan sampah setelah budidaya magot karena sampah kita setelah sampai ke tempat pengelola sampah ini hanya 600-900 kilogram perharinya sedangkan kita butuhnya dua ton perhari,” ungkapnya.

Kebutuhan Yayasan As Syifa ini menjadi potensi yang baik dan perlu mendapat respon segera dari berbagai pihak terutama Pemerintah Daerah Subang dalam memecahkan permasalahan sampah. Dengan adanya kunjungan ini, BRIN dapat memberikan masukan dalam kolaborasi riset kedepan terkait teknologi pengelolaan sampah.

Sumber: https://www.brin.go.id/news/111432/periset-brin-jajaki-kolaborasi-pengelolaan-sampah-organik-dengan-pemanfaatan-maggot

Managed & Maintenanced by ArtonLabs