Peneliti BRIN Jelaskan Penyebab Budi Daya Padi Sawah sebagai Sumber Emisi Metana

Peneliti BRIN Jelaskan Penyebab Budi Daya Padi Sawah sebagai Sumber Emisi Metana

Metana merupakan penyumbang gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global. Peneliti Ahli Muda Pusat Riset Limnologi Sumber Daya Air (PRLSDA) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) I Gusti Ayu Agung Pradnya Paramitha menjelaskan, proses budi daya padi sawah sebagai salah satu penyebab terjadinya gas metana.

Menurutnya, metana memiliki kapasitas menyerap dan memancarkan radiasi hingga 30 kali lebih tinggi dibanding karbon dioksida dalam waktu singkat ke atmosfer. Pertanian padi sawah merupakan salah satu yang berkontribusi sebagai sumber emisi metana yang bersifat antropogenik atau pengaruh manusia terhadap alam.

“Sekitar 90 persen sawah diolah dengan sistem irigasi, dan sebagian besar produksi padi dunia berasal dari Asia. Sawah dipertimbangkan sebagai salah satu sumber penting metana,” tutur Agung, pada webinar bertajuk “Methane Emision in the Rice Field”, Kamis (9/11).

Menurut Agung yang tergabung dalam Kelompok Riset Interaksi Air Tanah ini, faktor-faktor yang memengaruhi emisi metana pada pertanian padi, antara lain varietas padi, iklim atau cuaca, jenis dan tekstur tanah dan proses budidaya, penambahan bahan organik, serta pengelolaan air (irigasi).

Pemilihan varietas padi yang tepat merupakan salah satu alternatif teknik untuk mengurangi emisi metana dari tanah. Contohnya untuk di Indonesia, varietas varietas Dodokan dinilai baik untuk menurunkan kadar emisi metana. Sedangkan varietas Cisadane memiliki kecenderungan mengemisi metana lebih tinggi.

Bagian tanaman padi yang disebut aerenchyma, ulas Agung, merupakan salah satu faktor yang menjadi penentu emisi metana, karena sekitar 90 persen gas metana dari persawahan diemisi melalui saluran tersebut.

Agung yang melakukan penelitian di Korea ini menguraikan, pembentukan metana melalui proses metanogenesis dan membutuhkan suhu antara 30 hingga 40 derajat celsius untuk mengaktifkan metanogen (mikroba pembentuk metana).

Fluktuasi musiman emisi metana ternyata berkaitan erat dengan perubahan suhu tanah, sehingga perubahan suhu lingkungan dan musim sangat memengaruhi produksi metana pada lahan basah.

Dalam hal budi daya padi, dia menjelaskan, tanah tanpa pengolahan cenderung memiliki emisi metana yang lebih rendah. Daya rembesan air pada tanah yang cepat juga akan mengurangi emisi metana.

Tanah yang gembur juga memiliki emisi metana yang lebih tinggi, dan keasaman tanah (ph) netral biasanya dapat mengoptimalkan pembentukan metana.

Selain itu, metana yang diproduksi padi diantaranya tergantung pada jumlah anakan, biomassa, pola perakaran, kemampuan oksidasi, dan aktivitas mikroba di sekitar akar padi.

“Untuk meningkatkan hasil padi adalah dengan cara menambahkan pembenah tanah jerami padi, pupuk hijau, pupuk kendang, dan kompos. Namun, hal tersebut disinyalir dapat meningkatkan kadar emisi metana ke atmosfer,” terang dia.

“Sebaliknya, pupuk yang mengandung garam, sulfat, nitrogen, besi, gipsum, Mn4+ dan SO42  dapat mengurangi emisi metana,” sambung wanita kelahiran Buleleng 36 tahun lalu ini.

Dari hasil penelitiannya di Korea memperlihatkan, berbagai sistem irigasi berpengaruh signifikan terhadap metana dan pertumbuhan padi, namun tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas air. Rata-rata kumulatif terendah terdapat pada perlakuan pengeringan menengah selama empat minggu selama periode generatif pertumbuhan padi. 

Terkait dengan sistem irigasi di lahan sawah, penggenangan dan pengeringan memengaruhi ketersediaan air dan konsentrasi oksigen dalam tanah. Metana akan terbentuk saat tanah tergenang dan tetap terperangkap hingga air terkuras. Dengan demikian, diperlukan saat yang tepat untuk penggenangan airnya.

Sementara itu, Kepala PRLSDA BRIN Hidayat mengungkapkan, gas metana berpotensi sebagai pemanas di bumi, sehingga diperlukan pencegahan untuk menahan lajunya. Salah satu pemicu metana di alam adalah berasal dari lahan padi sawah.

“Metana merupakan salah satu kontributor gas yang menyebabkan pemanasan global, hingga 10 persen dan yang terbesar kedua bila dibandingkan dengan karbon dioksida. Oleh karena itu, penting untuk memitigasi metana guna menahan laju pemanasan global,” ungkapnya.

Sumber: https://www.brin.go.id/news/116602/peneliti-brin-jelaskan-penyebab-budi-daya-padi-sawah-sebagai-sumber-emisi-metana

Managed & Maintenanced by ArtonLabs