
Kualitas komoditas hasil pertanian menjadi perhatian penting oleh konsumen, pada sektor Industri dan UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) kualitas produk saat ini menjadi parameter terpenting nomor dua setelah harga yang dapat mempengaruhi daya beli konsumen. Oleh karena itu, mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk menjadi faktor penting bagi Industri dan UMKM untuk dapat terus mempertahankan daya saing di pasar. Penerapan teknologi tepat guna (TTG) untuk komoditas hasil pertanian sangat diperlukan untuk dapat mengurangi risiko mutu dan risiko lainnya di sepanjang rantai produksi.
“Banyak hal dalam proses pengemasan, penyimpanan dan distribusi tentu saja yang perlu dikaji secara mendalam, karena hasil pertanian itu juga memiliki karakteristik yang khas dan unik yang berbeda-beda komoditasnya, faktor-faktor yang salah dalam penanganan, pengemasan dan penyimpanan komoditas pertanian tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan mutu berupa kerusakan baik itu secara fisik mikrobiologi dan mungkin kimia,” jelas Kepala Pusat Riset Teknologi Tepat Guna (PRTTG), Achmat Sarifudin dalam pembukaan Webinar Nasional Ketiga Tahun 2023 yang dilaksanakan melalui zoom meeting, Kamis (16/11).
Hal ini menurut Achmat akan berpengaruh sehingga nilai dari komoditas pertanian itu akan turun, faktor-faktor dalam penyimpanan pengemasan sangat banyak aspek-aspek selama rantai pasok tersebut harus diperhatikan dalam pelaksanaannya. Lebih lanjut ia mengatakan, Organisasi Pertanian dan Pangan (ORPP) – BRIN sebagai pusat riset yang bergerak dari sisi manufaktur peralatan TTG yang teruji secara komprehensif. Memiliki satu bidang yang sangat relevan dan harus dilakukan dalam rantai pasok komoditas pertanian dan pangan yaitu bagaimana mengemas, menyimpan dan mendistribusikan komoditas pertanian tersebut dari on farm sampai dengan ke user/customer.
“Kami dari TTG melalui Kelompok Riset Pengemasan, Penyimpanan, dan Distribusi Komoditas Pertanian menyelenggarakan webinar ini dengan harapan bahwa kita bisa belajar mengenai teknologi-teknologi yang terkait dengan hasil pertanian. Sekarang kita masuk di dalam era dimana kita menggunakan platform digital untuk membantu kita di dalam pelaksanaan monitoring komoditas pertanian melalui teknologi 4.0, untuk itu kita juga meminta ahlinya untuk bisa men-share ilmunya bagaimana implementasi pengembangan teknologi di dalam mendistribusikan komoditas pertanian,” tuturnya.
Ia berharap dari pelaksanaan webinar pada pagi hari ini agar benar-benar semua peserta bisa memanfaatkan ilmu yang diberikan dalam menambah pengetahuan dan wawasan untuk diimplementasikan di kehidupan. “Lebih penting lagi bagi para periset di PRTTG-BRIN adalah kolaborasi dalam riset dengan seluruh stakeholder yang ada dan tentu saja untuk meningkatkan kapasitas kita sebagai periset di PRTTG-BRIN dan membawa manfaat bagi masyarakat Indonesia umumnya,” jelas Achmat.
Narasumber pertama dari IPB University, Emmy Darwati mengatakan pengembangan teknologi tepat guna untuk pengemasan komoditas hasil pertanian, pada prodi teknologi pasca panen keilmuannya adalah lebih kepada teknologi pasca panen dan merupakan satu-satunya teknologi yang ada di Indonesia. “Kita harus bangkitkan semangat penelitian-penelitian yang bertujuan untuk lebih memaksimalkan dan memajukan pertanian di Indonesia terutama dari aspek bagaimana melakukan pengemasan dengan aman, mendistribusikan sampai kepada konsumen dan bisa berkompetisi di dalam peraturan perdagangan Internasional,” kata Emmy.
Adapun yang ia sampaikan materi pada tiga sub bagian yaitu kemasan dan fungsinya, perkembangan teknologi kemasan, dan kemasan tepat guna. Ia jelaskan bahwa fungsi kemasan tidak hanya sebagai alat untuk wadah saja tetapi adalah sebagai pelindung atau pengaman, kemudian berkembang lagi memberikan kemudahan terutama dalam proses pindah loading dan unloading untuk keperluan logistik dan distribusi, untuk konsumen sendiri memberikan kemasan itu menjadikan mereka nyaman untuk membawa dan membuka dan sebagainya, berikutnya bahwa kemasan itu menjadi bagian dari pada brand dan bagian dari sistem informasi yang menunjukkan atau menyampaikan apa yang ada di dalam produknya.
Emmy menjelaskan sistem distribusi, misal pada salah satu jenis buah salak, di lapangan kita mendapatkan berbagai sistem kemasan maupun berbagai bahan kemasan yang digunakan dalam bahasa lokal adalah besek, anyaman bambu, keranjang, karton, plastik kontainer yang pendistribusiannya sesuai pasar dan lokasi yang dituju. Kemudian ia jelaskan bahwa proses distribusi tidak terlepas dari kerusakan mekanis karena adanya getaran, gesekan, dan tumpukan, maka para pelaku dalam distribusi mengembangkan metode-metode untuk melakukan perlindungan salah satunya adalah dengan memberikan kemasan pengisi atau kertas yang dipotong-potong/cacah agar produk dapat posisi yang stabil untuk mengurangi tekanan gesekan antar buah.
“Pendistribusian dengan perlindungan yang lebih baik akan memberikan peningkatan masa simpan dan akan bisa lebih banyak area yang bisa dijangkau dalam proses distribusinya,” jelas Emmy.
Lebih lanjut Emmy menyampaikan bahwa, perkembangan teknologi kemasan merupakan suatu kemasan yang dimodifikasi pada pelapisan, kemasan aktif, dan kemasan termal, pengembangan tersebut adalah untuk pengawetan makanan yang lebih baik dan manfaat kenyamanan ekstra bagi konsumen, memperpanjang umur simpan, meningkatkan keselamatan dan keamanan pangan. Pada aspek kemasan tepat guna harus sesuai target pasar; pasar institusi (modern), sesuai kebutuhan fungsi kemasan yaitu perlindungan kerusakan fisiologi; mekanis, memperluas jangkauan distribusi, kemudahan handling, menarik konsumen, seterusnya mudah diterapkan dan dapat memberi nilai tambah, pungkas Emmy.
Sementara narasumber kedua Taufik Djatna dari IPB University menyampaikan pemaparan materi tentang Pemanfaatan Teknologi Informasi (TI) dalam logistik dan rantai pasok sistem produk komoditas pertanian. Ia sampaikan bahwa diperlukan motivasi terhadap contoh-contoh apa saja yang akan dihadapi dalam tantangan ke depan, bagaimana komponen-komponen dan arsitektur sistem informasi bisa diterapkan dalam pengelolaan bisnis di logistik dan jaringan rantai pasok yang berbasis pertanian.
Harapannya agar para peserta webinar hari ini bisa memahami aplikasi fungsi IT diterapkan di dalam logistik dan rantai pasok, ungkap Taufik. Dalam kesempatan ini ia memberikan penjelasan data teknik analytical dan mengharapkan para peserta bisa mengintegrasikan dan mengkolaborasikan pada pihak yang terlibat atau stakeholder untuk optimasi supply chain.
Sebagai contoh motivasi, bagaimana penerapan IT di dalam logistik dan rantai pasok, dengan pertimbangan tiga pihak mulai dari pengirim yang melibatkan perantara dan moda transportasi; semisal kereta, kapal laut dan pesawat. Hal tersebut memerlukan aplikasi IT dimulai dari pencetakan awal dan pemesanan secara online, tentunya dengan pemanfaatan IT diterapkan secara efektif dan efisien.
Contoh di bidang pertanian dalam membantu petani swadaya bagaimana mengaplikasikan traceability TBS berbasis blockchain cerdas dan edge computing supaya tetap ketelusuran dari rantai pasok logistik sampai ke pabrik kelapa sawitnya dapat diikuti. “Target tantangan kita dari sisi trust cara masing-masing pemain di dalam rantai pasok dan logistik itu bisa terbangun untuk saling menguntungkan, inilah keuntungan dari teknologi blockchain yang dikembangkan untuk semua stakeholder, pada area yang cukup jauh dapat diperkuat dengan teknologi blockchain dan edge computing melalui mekanisme yang dapat memperkuat signal radionya untuk mencakup ke wilayah yang jauh,” jelas Taufik.
Selanjutnya Taufik memberikan penjelasan materi tentang; manajemen IoT, proses bisnis/elemen kunci logistik, konsep kunci logistik, tujuan logistik, proses dasar generik logistik, peralatan logistik rantai dingin, kemampuan Teknologi Informasi (TI), sistem informasi logistik. Pemberian materi ini ia sampaikan dengan maksud agar semua peserta webinar dapat memanfaatkan penerapan aplikasi TI untuk logistik dan rantai pasok sistem produk komoditas pertanian.