BRIN Bahas Produksi Benih Jagung Hibrida

BRIN Bahas Produksi Benih Jagung Hibrida

Arah pengembangan jagung hibrida nasional ke depan diharapkan sesuai dengan model produksi benih berbasis korporasi secara in situ di setiap provinsi sentra pengembangan jagung.  Upaya alih teknologi berupa lisensi eksklusif bagi varietas unggul hibrida (VUH) jagung yang baru dilepas dapat memberikan stimulus dan iklim yang sehat bagi industri benih nasional. Hal ini sekaligus menjadi upaya untuk menarik petani milenial menjadi penangkar sehingga program desentralisasi perbenihan dalam mendukung kemandirian benih dan swasembada jagung nasional dapat berkesinambungan

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Tanaman Pangan (PRTP), Organisasi Riset Pertanian dan Pangan (ORPP) menyelenggarakan Sharing Session ke-9 bertajuk Inovasi Perakitan dan Perilisan Varietas Jagung Hibrida untuk Meningkatkan Produktivitas dan Daya Saing Varietas Nasional, pada Selasa (28/2).

Kepala ORPP BRIN Puji Lestari menyampaikan bahwa  sasaran perakitan varietas unggul hibrida (VUH) jagung sejalan dengan prioritas riset nasional yaitu berdaya hasil tinggi (±12,75 ton/ha pada lingkungan optimal) serta toleran cekaman abiotik dan biotik. Target peningkatan produktivitas jagung nasional lima tahun ke depan adalah 6,5 ton/ha atau peningkatan produktivitas 0,75 ton/ha dari rata-rata nasional ungkapnya.

“BRIN melalui PRTP ORPP BRIN siap berkolaborasi untuk menghasilkan teknologi jagung hibrida. Lingkup Kerjasama antara lain  perakitan, produksi benih, teknologi budidaya, manajemen hama dan penyakit, pengelolaan pasca panen, hingga pemasarannya. BRIN siap bergandeng tangan dengan Kementerian Lembaga dan Swasta Nasional maupun Internasional dalam rangka mendukung program-program pengembangan yang diamanatkan di direktorat teknis,” ungkap Puji saat memberikan sambutan.

Sejalan dengan Puji, Kepala PRTP BRIN Yudhistira Nugraha, menyampaikan bahwa BRIN memberi perhatian penting dalam upaya menghasilkan teknologi dan inovasi yang bermanfaat untuk pengembangan jagung.

“Jagung tidak hanya dapat digunakan sebagai pakan ternak tetapi juga untuk pangan serta energi. Oleh karena itu permintaan jagung diprediksi akan terus meningkat. Tugas BRIN menghasilkan teknologi untuk peningkatan produksi dan produktifitas secara efektif dan efisien,” tuturnya.

Lebih lanjut dirinya berharap dengan dihasilkannya benih bermutu oleh pemulia dalam negeri akan mendorong kemandirian benih jagung demikian juga peningkatan ketahanan pangan dapat terealisasi.

Sementara itu, Andi Takdir Makkulawu Peneliti PRTP BRIN menyampaikan bahwa untuk meningkatkan produktivitas, perlu memperhatikan tiga hal kriteria mutu benih yaitu  pertama mutu genetik benih ditentukan berdasarkan identitas genetik yang telah ditetapkan oleh pemulia dan tingkat kemurnian dari varietas yang dihasilkan, kedua mutu fisiologi yakni mutu benih yang ditentukan oleh daya berkecambah/daya tumbuh dan ketahanan simpan benih, dan ketiga mutu fisik ditentukan oleh tingkat kebersihan, keseragaman biji dari segi ukuran maupun bobot, kontaminasi dari benih tanaman lain atau biji gulma, dan kadar air.

Takdir menjelaskan bahwa varietas jagung terbagi dua yaitu jagung komposit/ bersari bebas/sintetik dan jagung hibrida. “Jagung komposit merupakan jagung yang benihnya dapat diperoleh dari panen pertanaman sebelumnya untuk digunakan pada pertanaman musim, sedangkan jagung hibrida merupakan biji keturunan pertama dari persilangan yang dihasilkan dengan mengatur penyerbukan dan kombinasinya, serta potensi hasil lebih tinggi dan tanaman lebih seragam dibandingkan dengan varietas jagung komposit,” rincinya.

Dalam produksi benih sangat perlu memperhatikan isolasi jarak dan isolasi waktu, dimana isolasi jarak jika pembentukan hibrida minimum kurang lebih 300 m jarak antara varietas yang satu dengan lainnya, jika menggunakan isolasi waktu antara varietas satu dengan lainnya kurang lebih 25 hari setelah tanam, “Dengan catatan apa yang kita tanam atau kita berikan, benihnya mendapat perlakuan budidaya yang tepat,” imbuh Takdir.

Ada delapan tahap produksi benih yaitu (1) penyiapan lahan, (2) penanaman, (3) pemupukan, (4) pemeliharaan, (5) roguing, (6) detasseling, (7) panen, dan (8) pasca panen. “Roguing yaitu membuang tanaman tipe simpang yang tidak dikehendaki merupakan tahan penting untuk menjaga kemurnian benih. Roguing dilakukan setelah tumbuh, terutama tanaman-tanaman voluntir, kemudian pada fase vegetatif dan waktu berbunga serta sebelum panennya,” jelas Takdir.

“Selain itu, tahap produksi benih yang juga sangat penting yaitu detasseling yang merupakan pencabutan bunga jantan pada barisan betina. Waktu yang tepat detasseling yaitu dicabut saat masih terbungkus daun bendera,” pungkasnya.

Sharing Session ini juga menghadirkan narasumber lainnya, yaitu Muhammad Azrai dari Universitas Hasanuddin yang juga merupakan Tim TP2VTP Kementerian Pertanian RI.  Ia memaparkan “Mekanisme Pendaftaran dan Pelepasan Varietas Jagung Hibrida”, Kemudian Alfionita Bella Pertiwi dari PT. Srijaya International memaparkan pengalaman melaksanakan “Uji Adaptasi dan Pengembangan Jagung Hibrida di Indonesia”.  Sedangkan Yuli Tarmuji dari UD. Sari Bumi Indonesia memaparkan “Pascapanen Produksi Benih Jagung Hibrida”, terkait tahapan penanganan benih sampai pengemasan yang baik dan benar.

Sumber: https://www.brin.go.id/news/111585/brin-bahas-produksi-benih-jagung-hibrida

Managed & Maintenanced by ArtonLabs