Potensi Tanaman Gandum di Indonesia

Potensi Tanaman Gandum di Indonesia

Seorang bocah sedang menyantap roti sambil menonton kartun kesukaannya. Seorang pelajar sedang membaca buku sambil mencamil biskuit. Lalu, seorang pekerja kantoran memilih makan mi instan di sela waktunya. Tanpa disadari, olahan makanan dari gandum menjadi bagian yang tidak lepas dari pola makan masyarakat Indonesia saat ini.

Indonesia selama ini memasok kebutuhan gandum dari negara lain. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pada tahun 2021, Indonesia mengimpor lebih dari 11 juta ton gandum dari Australia, Ukraina, Kanada, Argentina, Amerika Serikat, India, Bulgaria, Moldova, Rusia, dan lainnya.

Gandum merupakan tanaman purba yang sudah dibudidayakan sejak ribuan tahun sebelum masehi. Biji gandum mengandung karbohidrat 60-80%, protein 10-20%, lemak 2-2,5%, mineral 4-4,5%, dan sejumlah vitamin. Kandungan gluten pada gandum memungkinkan pangan dari komoditas ini bersifat kenyal dan mengembang bila dipanaskan. Selain itu, olahan gandum juga lebih tahan simpan dibandingkan dengan pangan dari bahan baku beras.

Tanaman gandum secara umum tumbuh dengan baik di wilayah subtropis dengan temperatur berkisar 10-25 °C dan curah hujan 350-1.250 mm. Lalu, apakah tanaman serealia ini dapat tumbuh di Indonesia yang beriklim tropis?

Peneliti Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian Karlina Syahruddin, M.Si mengatakan bahwa gandum dapat ditanam di Indonesia dan bahkan telah diihasilkan beberapa varietas gandum tropis.

“Gandum dapat tumbuh di wilayah tropis seperti Indonesia, namun hanya jenis gandum spring yang dapat memberikan hasil panen yang cukup baik. Gandum dapat berkembang sangat baik di daerah dengan suhu yang rendah untuk merangsang pembungaan, biasanya kriteria wilayah seperti ini berada di dataran tinggi dengan elevasi ketinggian di atas 1.000 meter di atas permukaan laut,” jelas Karlina saat dihubungi pada Senin (25/4/2022).

Gandum pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada awal abad ke-18 tetapi tidak menjadi tanaman penting dalam sistem usaha tani. Kemudian pada tahun 1981, Kementerian Pertanian melalui Balitbangtan melakukan uji adaptasi plasma nutfah gandum dari berbagai negara dan beberapa di antaranya menunjukkan daya adaptasi pada lahan dataran tinggi.

Plt. Kepala Balitbangtan Prof. Dr. Fadjry Djufry juga mengungkapkan bahwa Balitbangtan sudah lama melakukan penelitian dan perakitan varietas gandum tropis.

“Balitbangtan juga lakukan penelitian varietas unggul gandum. Hasilnya adalah telah dilepas varietas Nias dan Timor pada tahun 1993, varietas Selayar pada tahun 2003, dan varietas Dewata pada tahun 2004. Keempatnya merupakan varietas gandum dataran tinggi dengan rata-rata hasil masing-masing 2,0 ton/ha, 2,0 ton/ha, 2,95 ton/ha, dan 2,04-2,96 ton/ha,” kata Fadjry.

Tidak hanya itu, Balitbangtan juga merintis konsorsium penelitian gandum bersama beberapa perguruan tinggi dan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN). Dari konsorsium dilepas varietas unggul gandum Guri-1 dan Guri-2 pada 2013, lalu pada tahun 2014 dilepas varietas Guri-3 Agritan, Guri-4 Agritan, Guri-5 Agritan, dan Guri-6 UNAND. Potensi hasil dari keenam varietas tersebut lebih tinggi yaitu masing-masing 7,4 ton/ha, 7,2 ton/ha, 7,5 ton/ha, 8,6 ton/ha, 5,1 ton/ha, dan 5,3 ton/ha. Tidak hanya itu, varietas Guri-5 Agritan dan Guri-6 UNAND juga adaptif di dataran sedang.

Syarat Tumbuh dan Budi Daya Gandum

Di Indonesia, gandum dapat berproduksi dengan baik di dataran tinggi. Namun, Karlina menjelaskan bahwa gandum juga dapat ditanam di dataran sedang.

“Gandum juga dapat tumbuh dengan baik di dataran menengah dan rendah tetapi harus memperhatikan faktor lingkungan seperti diferensiasi suhu malam dan siang yang cukup, jenis dan kedalaman solum tanah, serta faktor lainnya seperti teknologi budi daya, pengairan, pengendalian gulma dan hama penyakit,” ungkapnya.

Agar dapat tumbuh dengan optimal, tanaman gandum membutuhkan kriteria lahan yaitu solum tanah dalam dan gembur dengan bahan organik yang memadai. Kriteria ini memungkinkan penyimpanan air lebih lama yang dibutuhkan untuk pertumbuhan gandum. Untuk tingkat keasaman tanah, tanaman gandum cocok tumbuh pada tanah dengan pH 6-8.

Penanaman gandum di Indonesia membutuhkan usaha yang tidak sedikit. Akan tetapi, Karlina menjelaskan bahwa budi daya tanaman gandum tidak sesulit yang dibayangkan. Bagi yang sudah terbiasa dan mengetahui teknik menanam gandum akan menemukan budi daya gandum mudah dilakukan.

“Budi daya tanaman gandum di Indonesia mempunyai beberapa teknik khusus mengingat tanaman ini memiliki karakteristik unik seperti menghasilkan anakan dan malai tetap tegak saat pengisian penuh,” ungkapnya.

Budi daya gandum dimulai dengan persiapan varietas benih yang cocok dengan lokasi tanam. Varietas yang dipilih harus memiliki daya adaptasi yang bagus, toleran terhadap cekaman abiotik, serta toleran terhadap hama dan penyakit. Beberapa varietas sudah dilepas oleh Balitbangtan melalui Balai Penelitian Tanaman Serealia (Balitsereal) dengan karakteristik khusus yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lahan yang dimiliki.

Setelah itu, lahan gandum harus disiapkan dengan melakukan pembajakan dan pencangkulan, pembersihan gulma, pembuatan drainase dengan kedalaman sekitar 25-30 cm, lebar 50 cm, dan jarak 2-3 meter.

“Saluran dibuat agar air tidak menggenang saat pengairan karena tanaman gandum tidak begitu suka lingkungan yang terlalu basah dan lembap serta kondisi tanah yang tergenang air,” jelas Karlina.

Untuk tahap selanjutnya adalah penanaman gandum. Karlina menjelaskan bahwa penentuan waktu tanam memegang peranan penting. Waktu yang paling sesuai adalah di akhir musim hujan atau di awal musim kemarau.

“Alasan pemilihan waktu tersebut karena suhu udaranya cocok untuk pertumbuhan tanaman gandum di Indonesia yaitu sekitar 26-28 °C dan kelembapan yang cukup untuk menunjang perkecambahan benih dan pertumbuhan tanaman gandum,” ungkapnya.

Penanaman gandum dianjurkan menggunakan pupuk dengan takaran yang tepat dan seimbang. Pupuk organik juga disarankan pada budi daya gandum agar tidak terjadi penurunan kesuburan lahan.

“Untuk dosis pupuk disesuaikan dengan tingkat kesuburan tanah. Umumnya kebutuhan pupuk gandum sama seperti tanaman serealia lainnya yaitu perbandingan unsur hara makro N:P:K adalah 300:200:100 kg per hektare. Yang paling penting adalah menjaga perakaran tanaman tumbuh dan berkembang dengan baik agar akar dapat menyokong kebutuhan nutrisi tanaman,” papar Karlina.

Dalam budi daya gandum, teknik pengendalian hama dan penyakit tidak jauh berbeda dengan tanaman serealia lainnya yaitu penggunaan jenis dan dosis pestisida disesuaikan dengan jenis hama yang menyerang dan penyakit yang menginfeksi. Pengendalian hama juga dapat menggunakan alat pelindung atau perangkap yang disesuaikan dengan jenis hama yang menyerang.

Sementara itu, waktu panen gandum dapat dilakukan ketika penampilan tanaman dan malai gandum berubah warna menjadi kuning kecokelatan dan biji gandum menjadi keras dan sulit dipecah dengan jari.

Budi daya gandum telah disosialisasikan kepada petani melalui program pengembangan gandum oleh Kementerian Pertanian melalui Balitsereal. Salah satunya kepada H. Nehru asal Desa Jenetallasa, Kecamatan Rumbia, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan.

Nehru menanam gandum sejak 2011 hingga 2020 di lahan seluas 12 are berlokasi di Balewang yang berada di ketinggian 1.000 mdpl. Selama menanam gandum, Nehru mendapatkan pendampingan dari tim Balitsereal mulai dari cara menanam, pemberian pupuk, hingga pemanenan.

Menurut Nehru, budi daya gandum tidak serumit yang dibayangkan. Hasil gandum dapat optimal asalkan mengikuti panduan dan budi daya gandum yang disosialisasikan.

“Kalau menurut saya, budi daya gandum itu agak ringan dibandingkan jagung. Gandum perawatannya lebih mudah. Benih ditanam, dibersihkan rumput-rumput sekitarnya, disiram, dan minim pemberian pestisida,” tutur Nehru.

Berdasarkan pengalamannya, Nehru mengungkapkan bahwa gandum dapat tumbuh optimal ketika ditanam di akhir bulan April setiap tahunnya.

“Di sini, waktu tanam gandum yang bagus adalah pada akhir bulan 4, itu hasilnya bagus. Ini karena pada bulan-bulan tersebut curah hujan tidak terlalu tinggi dan pada saat panen jatuh pada bulan Agustus yang merupakan musim kering yang sangat bagus untuk mengeringkan malai gandum” ucapnya.

Gandum yang ditanam Nehru kemudian dipanen dan dijadikan benih sumber oleh Balitsereal. Menurut Nehru, gandum berpotensi dikembangkan di Indonesia terlebih jika ada pasar yang mendukung. “Saya berharap ada pasar gandum untuk nantinya mendukung penyerapan panen gandum tropis dalam negeri,” ungkapnya.

Pengembangan gandum di tanah air mempunyai potensi ke depannya. Tentunya, riset dan transfer teknologi budi daya kepada petani pun perlu dimasifkan guna mendukung Indonesia yang mandiri dalam menyediakan pangan dalam negeri.

Sumber: https://www.litbang.pertanian.go.id/info-teknologi/4437/

Managed & Maintenanced by ArtonLabs