Humas BRIN. Pada dasarnya lahan kering merupakan aset berharga yang memiliki potensi meningkatkan produksi pertanian dan kesejahteraan petani. Dengan penerapan teknik pengelolaan yang tepat dan strategi pengembangan yang komprehensif, lahan kering dapat dimanfaatkan secara optimal untuk mendukung ketahanan pangan dan pembangunan pertanian di Indonesia.
Menyoroti pentingnya pemanfaatan lahan kering secara efisien dan berkelanjutan untuk meningkatkan produksi tanaman pangan di tengah perubahan iklim di Indonesia, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Tanaman Pangan, Organisasi Riset Pertanian dan Pangan (ORPP) melaksanakan Webinar Teras-TP#4 dengan tema ”Optimalisasi Sumberdaya Lahan Kering untuk Peningkatan Produksi Tanaman Pangan Akibat Perubahan Iklim di Indonesia”, pada Senin (13/04).
Dalam sambutannya Kepala ORPP BRIN, Puji Lestari menyampaikan bahwa tujuan dari webinar kali ini adalah untuk mendorong pemangku kepentingan atau stakeholder, termasuk pemerintah, swasta, dan masyarakat, untuk bekerja sama dalam mengoptimalkan pemanfaatan lahan kering. Selain itu kegiatan ini juga diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan teknologi terbaru dalam pengelolaan lahan kering secara efisien dan berkelanjutan, mengidentifikasi peluang dan tantangan dalam optimalisasi sumberdaya lahan kering untuk produksi tanaman pangan, dan mendorong pengembangan kebijakan yang mendukung pertanian berkelanjutan di lahan kering.
Dirinya menjelaskan bahwa tema webinar yang dipilih sangatlah penting dan sangat relevan tentunya, karena untuk membantu memecahkan solusi terkait perubahan iklim. “Pada ORPP yang merupakan Rumah Program, hal ini menjadi isu nasional dan global sehingga kita mencoba bagaimana cara memecahkan masalah ini dengan pendekatan yang lebih holistik dan komprehensif serta mitra dengan jejaring nasional maupun internasional. Di samping itu, berkaitan juga dengan revitalisasi dan percepatan pengembangan lahan kering dengan potensi yang cukup besar,” terang Puji.
“Di Indonesia, ini bisa menjadi pilihan yang strategis untuk meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, meskipun sampai saat ini pertumbuhan penduduk masih sangat tinggi yang tentunya menuntut peningkatan produksi pangan untuk memenuhi kebutuhan pangan setiap individu yang semakin besar. Saat ini konsumsi karbohidrat masyarakat Indonesia masih banyak ke beras juga,” imbuh Puji.
Puji juga mengutarakan bahwa Indonesia memiliki keterbatasan lahan subur yang luasnya terus berkurang, sehingga pengembangan lahan kering menjadi penting untuk mendukung ketahanan pangan. Namun demikian, pengelolaan lahan kering dihadapkan dengan beberapa faktor pembatas seperti ketersediaan airnya yang terbatas dan kesuburan yang rendah terutama kandungan organik karbon sehingga produktivitasnya rendah.
“Terkait dengan perubahan iklim, sampai saat ini sudah kita rasakan dengan suhu 33°C, merupakan suatu yang sangat jarang tapi itu memberikan dampak pada fisik individu dan juga dampak pada pertanian yang sangat besar, bisa mengganggu provitas pertanian, memperburuk kekeringan. Dengan beban iklim ini, curah hujan yang memang berubah mengakibatkan di beberapa wilayah di Indonesia terjadi kekeringan lebih sering ataupun parah, pergeseran ekologi lahan kering, berdampak pula pada keanekaragaman hayati dan mengurangi kapasitas lahan kering dalam mendukung pertanian,” sambung Puji.
Puji juga berharap peserta dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang potensi, strategi dan teknologi terbaru dalam pengelolaan lahan kering, memberikan kesempatan bagi peserta untuk berinteraksi dan berkolaborasi dengan pemangku kepentingan lainnya dalam pengelolaan lahan kering secara efisien dan berkelanjutan, dan dapat menghasilkan rencana aksi konkret untuk mengoptimalkan pemanfaatan lahan kering di wilayah mereka masing-masing.
“Beban iklim dapat meningkatkan frekuensi dan intensitas dari terjadinya peristiwa cuaca ekstrim, perubahan pola curah hujan pun akan mempengaruhi distribusi dan hama penyakit pada tanaman. Dampak beban iklim ini semakin intens kita rasakan sehingga dalam konteks ketahanan pangan menuntut kita untuk lebih efektif, efisien dan cepat dengan keanekaragaman lahan kering di Indonesia yang memang cukup besar,” pungkas Puji.
Pada kesempatan yang sama Kepala Pusat Riset Tanaman Pangan, ORPP BRIN, Yudhistira Nugraha menjelaskan, terdapat tiga kata kunci yang akan dibahas pada webinar saat ini yaitu kondisi lahan, perubahan iklim dan lahan kering. “Produksi pangan kita diharapkan dapat terus ditingkatkan seiring dengan pertambahan jumlah penduduk yang cukup cepat yang pertambahannya mencapai 1,2% per tahun dan ini memerlukan peningkatan produksi pangan untuk dapat mengimbangi pertumbuhan jumlah penduduk tersebut,” ungkapnya.
“Perubahan iklim kaitannya dengan produksi pangan di lahan kering yang cukup potensial dan belum banyak yang dioptimalkan, saat ini terdapat kurang lebih sekitar 60 juta hektar lahan kering yang tersedia dan sekitar 29 juta hektar dapat digunakan sebagai lahan pertanian dan saat ini produktivitas lahan kering yang ada di Indonesia masih rendah,” tegas Yudhistira.
Dirinya juga menjelaskan bahwa dari sisi karakteristik lahan kering di Indonesia cukup beragam, terdapat lahan kering dataran rendah serta lahan kering dataran tinggi. Terkait dengan sifat tanah ada lahan kering masam, lahan kering non masam, juga terdapat lahan kering iklim basah di Indonesia bagian Barat, serta lahan kering yang lebih kering yang terdapat di Indonesia bagian Timur.
Dengan karakteristik agroekosistem yang berbeda-beda maka teknologi yang digunakan untuk mengoptimalkan lahan tersebut akan berbeda juga. Terkait dengan potensi lahan kering yang memang dapat digunakan untuk produksi pangan yaitu lahan kering dengan sistem tumpang sari dengan agroindustri juga mungkin masih potensi dan besar sekali di Indonesia yang belum dimanfaatkan secara optimal.
Banyak isu yang terkait dengan pengelolaan lahan kering ini terkait dengan bagaimana penyediaan air terutama jika dihubungkan dengan perubahan iklim dan langkah yang telah dilakukan oleh Kementerian Pertanian sudah tepat, melalui program yang telah digulirkan berupa program pompanisasi untuk mengairi lahan kering yang debitnya disesuaikan dengan kebutuhan tanamannya yang ditujukan untuk meningkatkan produktivitas lahan kering.
Adanya isu keberlanjutan pada lahan kering terkait bagaimana pengelolaan lahan kering yang mengakibatkan erosi menjadi isu yang cukup hangat diperbincangkan sehingga dalam produksi tanaman di lahan kering juga harus mempertimbangkan untuk menjaga ekosistem dengan menekan resiko terjadinya erosi. Terkait dengan kesuburan pada lahan kering perlu ditingkatkan karena sebagaimana kita ketahui lahan kering yang ada di Indonesia merupakan lahan kering yang kesuburannya kurang dan tentunya ada pengelolaan teknologi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesuburan tanah pada lahan kering agar mampu mendongkrak produktivitas tanaman.
“Webinar ini diharapkan dapat memunculkan ide-ide cemerlang yang nantinya akan dapat diangkat menjadi kebijakan baik di tingkat nasional maupun regional berupa rekomendasi teknologi yang mungkin dapat disampaikan nantinya untuk meningkatkan produksi pangan di Indonesia,” tutup Yudhistira.