Limbah hasil pertanian berupa Jerami di sawah setelah panen dan sekam padi di penggilingan banyak menumpuk dan di pinggir-pinggir sawah hampir di seluruh penghasil padi di Indonesia. Petani hanya membiarkan limbah yang dihasilkan dari panen mereka, terkadang juga hanya dibakar sehingga menimbulkan polusi udara.
Kepala Pusat Riset Teknologi Tepat Guna (PRTTG) – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Achmat Sarifudin menyampaikan bahwa pembakaran limbah tersebut memberikan dampak yang buruk terhadap kesehatan lingkungan. Sekam, sebagai limbah pertanian, memiliki potensi besar untuk dikonversi menjadi bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan melalui proses peletisasi.
“Terkait sampah yang tidak bernilai dapat diolah menjadi bahan bakar, juga dapat diolah menjadi pembangkit energi listrik, namun membutuhkan modal yang cukup banyak. Bahan baku biomassa organik bisa diperoleh dari berbagai komoditas hasil pertanian, baik itu sekam, ampas kopi, batang sorgum dan lainnya,” tutur Achmat dalam sambutannya pada kunjungan dari tim Direktur Business Development PT. Aharu, Kab. Malang Jawa Timur, Kamis (2/5).
“Tim periset PRTTG – BRIN siap berkolaborasi dengan PT. Aharu dalam hal pengelolaan dan pengolahan limbah hasil pertanian sebagai biomassa bahan baku pelet,” ungkapnya.
Tara Haira, Direktur Pengembangan Bisnis PT. Aharu menyampaikan, sebagai bagian dari tanggung jawab sosial dan komitmen untuk berkontribusi pada pembangunan nasional berkelanjutan, PT. Aharu telah mengidentifikasi bahwa masalah utama di banyak lokasi penghasil padi di Indonesia adalah masalah penanganan sekam.
“Oleh karenanya, studi mendalam tentang proses peletisasi sekam dengan fokus pada pemodelan bisnis dan potensi aplikasinya ke seluruh Indonesia memiliki peluang besar dengan pemanfaatan teknologi peletisasi ini. Selain itu, analisis ekonomi dan dampak terhadap lingkungan terkait penggunaan pelet sekam sebagai bahan bakar alternatif memiliki nilai ekonomis,” ungkap Tara.
Pada kesempatan ini Tara menyampaikan dan menjelaskan materi presentasinya terkait kebijakan Pemerintah mengenai Energi Baru Terbarukan (EBT) yang berkelanjutan, pemanfaatan EBT untuk listrik, kebutuhan energi biomassa, pengenalan energi biomassa sebagai wood pellet dan pemanfaatannya, skema kerjasama riset dan pengembangan, serta EBT di Indonesia masih jauh dari target. Hal tersebut ia sampaikan agar para periset PRTTG – BRIN dapat memiliki gambaran apa saja yang kemungkinan untuk dapat dikerjasamakan kedua belah pihak.
Tara juga menyampaikan rasa terima kasihnya dan harapannya atas kesempatan dapat berkunjung ke PRTTG-BRIN. “Terima kasih atas sambutan hangat dan kesempatan untuk berbagi gagasan dan pengalaman dengan para periset di lingkungan BRIN, dimana telah memberikan wawasan yang berharga dalam mendorong penelitian dan teknologi yang inovatif, kami berharap kunjungan ini dapat menjadi langkah awal untuk kerja sama yang lebih erat di masa depan,” tambahnya.
Sementara Ridwan Rachmat periset utama Biopelet pada kesempatan ini menyampaikan rasa terima kasihnya atas kunjungan dari Direktur PT. Aharu untuk dapat berbagi wawasan dan pengetahuan di bidang riset pengelolaan limbah pertanian khususnya minat untuk mengembangkan bersama riset lebih lanjut tentang pemanfaatan sekam padi sebagai kepedulian akan ancaman emisi karbon dan deforestasi bila bahan baku pellet hanya mengandalkan kayu atau limbahnya. Ia berbagi dan menyampaikan pengetahuan serta pengalaman risetnya tentang bagaimana pengelolaan limbah pertanian yang dilakukan di PRTTG – BRIN.
Beberapa hal yang disampaikan Ridwan yaitu tentang informasi pemanfaatan sekam mulai dari sekam segar untuk kompor rumah tangga pedesaan, penggunaan pengembangan briket arang sekam, prosedur proses pembuatan biopelet, proses formulasi biopelet, analisis CO pembakaran biopelet, prototipe alat pemanas bahan bakar biopelet, evaluasi kinerja alat pemanas di lokasi UMKM, model line proses produksi biopelet skala UMKM, biopelet yang berpotensi sebagi sumber alternatif energi. Selanjutnya, Ridwan bersama para Ketua Kelompok Riset (Kelris) memperkenalkan workshop, perbengkelan peralatan dan hasil produksi biopelet yang ada di PRTTG – BRIN serta kunjungan ke laboratorium lapang Dawuan yang dipandang sangat berpotensi untuk dijadikan stasiun pengembangan riset lapangan Teknologi Tepat Guna di Kawasan Subang.