Strategi Pengendalian Hama Terpadu ala Indonesia dan Brunei Darussalam

Strategi Pengendalian Hama Terpadu ala Indonesia dan Brunei Darussalam

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo memberikan arahan bahwa produk pertanian Indonesia harus berkualitas, baik dari segi penampilan maupun kandungan gizi. Salah satu upaya menghasilkan produk pertanian yang berkualitas adalah penerapan pertanian ramah lingkungan. Pertanian yang ramah lingkungan perlu didukung dengan pengendalian hama terpadu (PHT) untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman (OPT).

pengendalian hama terpadu
foto: Pixabay

Direktorat Jenderal Hortikultura telah menerapkan tata kelola produksi sayuran, buah, dan tanaman obat yang dibudidayakan dengan sehat dan ramah lingkungan. Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto, menjelaskan, saat membuka bimbingan teknis Penerapan PHT di Indonesia dan Brunei Darussalam, Indonesia sudah mengupayakan produk berkualitas dengan harga terjangkau.

Direktur Perlindungan Hortikultura, Inti Pertiwi, berpendapat peranan perlindungan hortikultura, termasuk pemberdayaan petani yang mandiri dalam penerapan teknologi PHT, sangat penting dilakukan.

“Pemberdayaan petani yang mandiri dalam penugasan dan penerapan teknologi PHT dengan kebijakan operasional perlindungan tanaman berdasarkan pada pendekatan sistem PHT, yaitu gerakan pengendalian OPT, peranan PHT (PPHT), penguatan kelembagaan, dan penanganan DPI,” papar Inti seperti dikutip dari laman hortikultura.pertanian.go.id.

Inti melanjutkan, prinsip PHT mengarahkan pada budidaya tanaman sehat, memanfaatkan musuh alami, dan melakukan pengamatan rutin. Seluruh kegiatan tersebut berfungsi mengontrol populasi hama agar tetap berada di bawah ambang batas, meminimalisir penggunaan pestisida kimia, meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil pertanian, melestarikan lingkungan hidup, serta meningkatkan kesejahteraan petani.

Sementara itu, Senior Agriculture Officer Ministry of Primary Resource and Tourism Brunei Darussalam, Hirman bin Haji Abu, menyampaikan, pelaksaan PHT di negaranya menggunakan tiga strategi.

“Pelaksanaan integrated pest management (IPM) di Brunei melibatkan berbagai strategi. Pertama, merumuskan dan membentuk praktek IPM dengan menggalakkan prinsip dalam pengalaman organisme pengganggu tanaman bagi padi dan sayur-sayuran. Yang kedua, meningkatkan kesadaran dan pemahaman petani mengenai masalah-masalah racun kimia yang harus dihindari melalui program pendidikan IPM secara intensif. Ketiga, yaitu dengan meningkatkan upaya dan taknosomi serangga perusak, pencaman, dan pengurusan koleksi serangga perusak,” papar Hirman.

Brunei Darussalam juga mengenalkan bahaya pengguna racun kepada petaninya. Racun perusak yang digunakan secara berkelanjutan dapat menyebabkan kekebalan dan membuat serangga perusak kembali menyerang tanaman.

Perwakilan dari Departemen Proteksi Tanaman IPB, Hermanu Tri Widodo, menjelaskan, PHT diibaratkan seperti kedokteran. Saat ada lonjakan OPT, berarti terdapat penyakit ekologi.

“Ada 4P dalam PHT. Pertama, penangkalan agar pertanaman tidak terinfeksi OPT dan melakukan benteng pertahanan. Kedua, pengekangan yang merupakan upaya agar kelimpahan OPT tetap rendah dan tidak menimbulkan kerugian. Ketiga, merupakan pemantauan agroekosistem untuk menilai status OPT dan sebagai dasar penetapan perlu atau tidaknya penekanan. Keempat, penekanan yang merupakan upaya jika penangkalan dan pengekangan tidak berhasil dengan pemilihan taktik yang menimbulkan risiko paling kecil,” papar Hermanu.

Sumber: http://hortikultura.pertanian.go.id dan https://www.pertanianku.com/

Managed & Maintenanced by ArtonLabs