BRIN Sampaikan Dua Komoditi Pangan yang Dapat Diolah Menjadi Minuman Herbal

BRIN Sampaikan Dua Komoditi Pangan yang Dapat Diolah Menjadi Minuman Herbal

Ubi jalar mengandung senyawa antosianin yang berfungsi sebagai antioksidan dan penangkap radikal bebas. Produk pangan tersebut berperan dalam pencegahan penyakit degeneratif. Bahkan rempah-rempah alias empon merupakan potensi sumber daya alami khas Indonesia yang memiliki zat anti degeneratif, seperti antioksidan. 

Kedua jenis komoditi pangan tersebut menjadi pembahasan menarik sejumlah komunitas pemberdayaan masyarakat Kabupaten Bandung di Jatinangor dalam kegiatan Berbakti untuk Negeri, Kamis (29/09). Program yang dikemas dalam Masyarakat Bertanya BRIN Menjawab (MBBM) kali ini diisi dengan Bimbingan Teknis Pembuatan Minuman Ubi Jalar dan Empon – Empon. 

Hari Hariadi, selaku instruktur dari Pusat Riset Teknologi Tepat Guna (PR TTG) BRIN menyampaikan, ubi jalar merupakan salah satu komoditas sumber karbohidrat utama dan memenuhi hampir 90% kebutuhan kalori. Hasil budidaya tanaman ini punya peranan penting dalam penyediaan bahan pangan, bahan baku industri, maupun pakan ternak. 

Dalam paparannya, Hari menjelaskan, ubi jalar punya keunggulan sebagai tanaman pangan. Ubi jalar merupakan sumber pewarna alami, yakni yang terkandung dalam ubi jalar ungu dan kuning. Di dalam pelatihan, Hari memberikan tantangan ke peserta dengan inovasi pembuatan minuman yang terbuat dari ubi jalar tersebut. 

Ia juga mengajari cara membuat minuman herbal dari empon–empon seperti jahe dan kunyit. Hari bermaksud mengangkat potensi sumber daya lokal rempah–rempah tersebut sebagai Minuman Herbal Dalam Kemasan (MHDK) alami yang mengedepankan manfaat antioksidan sebagai nilai tambah produk. 

Disampaikan Hari, munculnya produk minuman herbal, bermula dari kesadaran masyarakat yang semakin meningkat terhadap kesehatan, yang saat itu dipicu oleh kondisi pandemi Covid-19. Hal itu mendorong kemunculan tren pengembangan produk pangan baru yang mengarah kepada pangan fungsional. 

Produksi tanaman pangan menjadi produk inovasi menggunakan teknologi tepat guna, dikenalkan BRIN dengan tujuan memanfaatkan hasil riset untuk menunjang kesejahteraan sosial masyarakat. Plt. Direktur Repositori, Multi Media, dan Penerbitan Ilmiah BRIN, Ayom Widipaminto menyampaikan pada bidang pertanian dan pangan, Indonesia membutuhkan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Hal tersebut bisa sekaligus menjawab permasalahan masyarakat dalam menghasilkan nilai tambah dari aspek ekonomi dan aspek lingkungan hidup. 

“Kami harap, kegiatan BRIN tidak hanya berhenti dengan menghasil riset saja, namun juga hasilnya dapat dimanfaatkan secara langsung oleh masyarakat,” ujar Ayom. 

Berbagai inovasi pengolahan produk komoditi lokal Indonesia, menurutnya, menjadi potensi yang bagus masyarakat Indonesia di dalam meningkatkan kesejahteraan perekonomian. Indonesia bisa berkontribusi dalam peningkatan daya saing bangsa sampai tingkat internasional. 

“Pelatihan kali ini bisa menjadi modal untuk menciptakan keunggulan masyarakat lokal dalam mengembangkan produk inovasi yang dimiliki. Bahkan, bisa meningkatkan nilai tambah,” imbuhnya. 

Untuk itu, Ayom menaruh harapan besar pada para peserta yang didominasi kaum ibu ini agar kegiatan pelatihan tidak berhenti di hari itu saja. Namun itu bisa ditindaklanjuti dan berdampak pada pengembangan usaha pengolahan produk pangan. 

Anggota Komisi VII DPR RI Diah mengaku penuh semangat mendorong BRIN dalam upaya hilirisasi hasil riset untuk masyarakat melalui kegiatan pelatihan yang diselenggarakan tersebut. “Memulai sebuah usaha memang tidak mudah. Butuh investasi besar untuk menghasilkan suatu produk usaha yang bisa diterima masyarakat global. Ini tantangan kita di dalam memajukan perekonomian Indonesia melalui pemberdayaan potensi sumber daya yang kita miliki,” ungkapnya. 

Melihat interaksi peserta yang sangat aktif di dalam sesi diskusi bersama instruktur BRIN, Diah berharap, inovasi–inovasi yang dikenalkan BRIN bisa diaplikasikan langsung oleh masyarakat untuk mengembangkan potensi sumber daya alam Indonesia yang sangat melimpah. Apalagi, diketahui bersama, masyarakat Bandung yang mayoritas petaninya bercocok tanam ubi jalar seperti ubi cilembu. 

“Saya berharap para petani bisa mengolah ubi menjadi berbagai jenis produk makanan UMKM yang bervariasi di tengah pangsa pasar global. Hal ini bisa meningkatkan komoditi ekspor tanaman pangan lokal Indonesia secara global,” ucapnya. 

Dengan hadirnya BRIN di tengah masyarakat secara langsung, Diah berharap BRIN bisa mengenalkan teknologi hasil risetnya, memberikan inovasi–inovasi produk teknologi tersebut untuk diaplikasikan dalam berbagai kebutuhan. “Jangan sampai para peserta yang hadir kali ini hanya semacam pengumpul materi, namun mereka bisa menggali pengetahuan dan menularkan ke orang lain untuk lebih mengembangkan lebih banyak lagi ide usahanya,” kata Diah. 

Kegiatan ini juga menarik perhatian Gungun Gunawan, Wakil Bupati Bandung periode 2019 – 2021. Selaku tokoh masyarakat, Gungun berharap BRIN bisa mendorong masyarakat petani di Bandung mengolah lahan pertanian, yang ia sebut sejumlah 1461 hektar, bisa menghasilkan tanaman pangan sampai tembus pasar ekspor internasional. 

Selama ini, ia bangga bahwa produk unggulan Kabupaten Bandung berupa ubi cilembu, ubi jepang, dan ubi putih yang sudah menembus pasaran luar negeri hingga ekspor ke singapura. “Dengan itu, kita tidak hanya berkontribusi pada isu global selain isu pertahanan dan kedaulatan energi terbaru dan terbarukan, namun juga melek terhadap isu ketahanan dan kedaulatan pangan,” ujarnya. 

Menurutnya, selama ini para petani belum menghadapi banyak tantangan. “Untuk itu, kami berharap BRIN bisa mendorong mereka mengolah produk tanaman pangan bisa menghasilkan sesuatu. Berbagai olahan produk yang bisa jadi kebanggaan komoditi ekspor Indonesia, ternyata masih banyak lagi jika kita mau menggali. Dengan pelatihan ini, kami berharap peserta bisa melakukan pengayaan ide dan inovasi,” sambungnya. 

Menanggapi hal itu, Hari memberikan berbagai strategi agar para peserta bisa bersiasat membuat bahan dasar diolah menjadi berbagai produk yang lain dari yang sudah beredar di pasaran. Ia mengajari bagaimana bersiasat menghasilkan produk tanaman yang sehat dan unggul untuk menyiapkan bahan dasar berkualitas, memproses tanaman menjadi produk makanan, serta memproyeksikan target pasar agar siap bersaing dengan produk–produk lainnya di pasaran global. 

Hari juga mengenalkan berbagai produk teknologi, seperti mesin pengering yang digunakan untuk produksi masal. Di dalam pelatihan yang berlangsung, Hari mengenalkan kepada peserta alur proses produksi pengolahan tanaman pangan, dalam hal ini pembuatan minuman ubi jalar dan empon – empon. Tahapannya mulai pemilihan bahan, dengan proses klasifikasi dan ekstraksi, sampai dengan proses enkapsulasi yang sudah menjadi berwujud berupa bubuk pigmen.

Sumber: https://www.brin.go.id/news/110483/punya-kandungan-antioksidan-dua-komoditi-pangan-ini-dapat-diolah-menjadi-minuman-herbal

Managed & Maintenanced by ArtonLabs