Upaya Mengerek Produksi Kedelai Lokal

Upaya Mengerek Produksi Kedelai Lokal

Pada akhir September 2022 Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo bersama dengan Kelompok Tani Margo Mulyo Sumberharjo melakukan panen raya kedelai di Dusun Bendungan, Kalurahan Sumberharjo, Kapanewon Prambanan. Kustini melakukan panen kedelai varietas anjasmoro di atas lahan seluas 20 hektare.

Pengembangan budi daya kedelai menjadi salah satu komoditi pertanian terus didorong oleh Pemerintah Kabupaten Sleman. Baik melalui perluasan lahan tanam, maupun peningkatan produktivitas. 

“Salah satu upaya Pemerintah Kabupaten Sleman pada 2022 dalam membantu kecukupan kedelai adalah dengan melakukan pengembangan tanaman kedelai melalui dana tugas pembantuan APBN pada Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Daerah Istimewa Yogyakarta pada lahan seluas 50 hektare,” kata Kustini.

Ketua Kelompok Tani Margo Mulyo Heru Martono melaporkan, saat ini terjadi peningkatan permintaan terhadap kedelai. Untuk itu para petani mulai bergerak melakukan budi daya kedelai.

Dia menuturkan dalam dua tahun terakhir, budi daya kedelai kerap dibayangi kegagalan, karena kondisi cuaca yang tidak mendukung pada saat budi daya dilakukan. Akibatnya, petani beralih ke komoditas padi, jagung, dan kacang tanah.

Kedelai anjasmoro merupakan salah satu varietas unggul nasional yang kian diminati para petani. Sebab, varietas itu mempunyai kualitas fisik setara dengan kedelai impor. Ciri-ciri varietas anjasmoro adalah memiliki ukuran biji besar kisaran 14.8–15.3 gram per 100 biji dengan daya hasil cukup tinggi kisaran 2.03–2.25 ton/ha.

Konon dalam kondisi optimal, seperti tidak mengalami kelebihan dan kekurangan air, sinar matahari cukup tidak ada naungan, nutrisi tercukupi, organisme pengganggu tanaman (OPT) dan gulma terkendali, maka varietas ini mampu produksi 3,5–4 ha. Untuk lama waktu yang dibutuhkan memanen kedelai lokal tersebut, sekitar 76–85 hari atau sekitar tiga bulan. Jauh lebih cepat dibandingkan kedelai impor, yang membutuhkan waktu sekitar enam bulan.

Semangat pengembangan kedelai lokal terus didorong oleh pemerintah pusat. Bahkan Presiden Joko Widodo dalam rapat terbatas September 2022 menyampaikan keinginannya agar kedelai tidak lagi 100 persen tergantung pada impor. Pemerintah akan melakukan sejumlah upaya untuk meningkatkan produksi kedelai dalam negeri. Salah satunya, dengan menanam bibit varietas yang lebih unggul. Bahkan bila diperlukan, penanaman dilakukan dengan menggunakan bibit produk rekayasa genetik atau genetically modified organism (GMO) maupun bibit impor.

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo dalam keterangan pers usai mengikuti rapat terbatas (ratas) yang dipimpin Presiden Jokowi, di lingkungan Istana Kepresidenan Jakarta, 19 September 2022 mengatakan dengan penggunaan varietas yang lebih unggul ini, diharapkan produksi kedelai di tanah air dapat meningkat secara signifikan.

“Penggunaan GMO kalau perlu, menggunakan bibit impor kalau perlu, dan tentu mempersiapkan bibit-bibit nasional atau lokal dengan varietas tinggi. Selama ini, andai kedelai hanya menghasilkan 1,5 sampai 2 ton per hektare, ke depan diharapkan bisa mendapatkan varietas yang mampu berproduksi di atas 3 sampai 4 ton per hektare,” ujarnya.

Syahrul mengungkapkan, rendahnya volume produksi kedelai per hektare disinyalir memicu para petani beralih ke jagung. Hal ini berdampak pada tingginya impor kedelai untuk memenuhi kebutuhan nasional, bahkan hingga mencapai di atas 90 persen.

Selama ini, petani lebih tertarik menanam jagung karena harga jagung sama dengan harga kedelai Rp5.000 itu kurang lebih. Kalau jagung dia per hektarenya 6–7 ton, sementara kedelai cuma 1,5 juta ton.

Untuk mendorong minat petani untuk menanam kedelai, pemerintah akan memberikan kepastian harga dengan menetapkan harga beli. Pemerintah juga mendorong badan usaha milik negara (BUMN) untuk membeli hasil panen para petani.

“Presiden mengatakan, oke impor memang harus dilakukan. Tapi sepanjang bisa ditanam maksimal, maka tanam sebanyak-banyaknya dan beli yang ditanam oleh rakyat, tentukan harganya agar rakyat bisa kembali tertarik menanam kedelai,” ujarnya.

Syahrul menambahkan, pihaknya juga tengah menyiapkan lahan untuk pengembangan kedelai hingga mencapai 351 ribu hektare. “Saya lagi mempersiapkan, kurang lebih sekarang 351 ribu hektare, sekarang baru tanam 67 ribu hektare dan tentu Oktober ini akan mulai tanam,” pungkasnya.

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Ekonomi) Airlangga Hartarto menyampaikan, Presiden Jokowi mengingatkan ihwal perlunya penetapan harga beli. Tujuannya, agar petani tidak dirugikan.

“Presiden ingin agar kedelai itu tidak 100 persen tergantung pada impor. Salah satu arahan beliau adalah harganya dibuat agar petani tidak dirugikan. Jadi untuk mencapai harga itu nanti ada penugasan daripada BUMN agar petani bisa memproduksi,” ujar Airlangga.

Terkait pengembangan area tanam kedelai, Menko Ekon mengungkapkan bahwa pemerintah telah menyiapkan anggaran sekitar Rp400 miliar untuk program ini.

“Langkah berikut yang sudah disiapkan oleh anggaran pemerintah itu untuk perluasan ke 300 ribu hektare, anggarannya sekitar Rp400 miliar. Tahun depan akan ditingkatkan dari 300 ribu menjadi 600 ribu hektare,” ujar Airlangga.

Kementerian Pertanian mengeklaim, produksi kedelai dalam negeri hanya mampu menutupi tak sampai 10 persen dari total kebutuhan nasional pada 2022. Dalam Data Prognosa Neraca Komoditas Pangan Strategis Kementerian Pertanian yang dipaparkan dalam rapat kerja dengan Komisi IV Dewan Perwakilan rakyat (DPR) RI pada awal 2022 terungkap, pemerintah memproyeksikan produksi kedelai dalam negeri hanya sebesar 200.315 ton. Sementara itu, kebutuhan kedelai dalam negeri diperkirakan mencapai 2.983.511 ton pada tahun ini.

Itu artinya, produksi kedelai dalam negeri tahun ini diperkirakan hanya sekitar 6,8 persen dari kebutuhan nasional. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengakui, keran impor perlu dibuka. Stok awal kedelai dari 2021 sebesar 190.970 ton jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan kedelai nasional.

Berdasarkan perhitungan data prognosa, kebutuhan impor kedelai pada tahun ini diperkirakan tembus 2.842.226 ton. Dari segi kuantitas, impor kedelai akan menjadi impor terbesar dibandingkan komoditas-komoditas pangan strategis lain yang juga diperkirakan butuh impor.

Namun demikian Mentan Syahrul menjamin produktivitas dan stok produk holtikultura seperti komoditas kedelai dan cabai hingga bawang merah terjaga hingga akhir 2022. “Untuk mengecek seperti apa neraca produktivitas yang ada, baik kedelai, cabai, dan bawang merah secara umum, seperti yang saya laporkan kepada Presiden, sampai 2022 akhir Desember semua neraca produktivitas dan ketersediaan adalah cukup,” ujar Mentan.

Sumber: https://www.indonesia.go.id/kategori/editorial/6150/upaya-mengerek-produksi-kedelai-lokal?lang=1

Managed & Maintenanced by ArtonLabs