Petani: Pahlawan Pangan di Indonesia

Petani: Pahlawan Pangan di Indonesia

Petani adalah pahlawan pangan sejati di Indonesia. Mereka tidak hanya sekadar mencetak hasil pertanian, melainkan juga menjalankan misi mulia sebagai wakil Allah dalam menjaga harmoni antara manusia dan alam. Nilai-nilai Fikih Kedaulatan Pangan yang mendasari kegiatan pertanian, seperti Tauhid, menegaskan bahwa Bumi adalah milik Allah, dan tugas manusia adalah melestarikan alam.

“Nilai dasar dalam Fikih Kedaulatan Pangan ini salah satunya ialah Tauhid, yaitu Allah sebagai pemilik alam semesta, sementara kepemilikan manusia hanya bersifat nisbi dan sementara,” tutur Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Hamim Ilyas dalam Seminar Nasional Fikih Kedaulatan Pangan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada Sabtu (16/12).

Sebagai sahabat alam, kata Hamim, petani memiliki peran krusial dalam menghasilkan pangan berkualitas untuk masyarakat. Menjadi seorang petani bukan hanya sebuah pekerjaan, melainkan juga suatu kemuliaan. Mereka mengemban tanggung jawab sebagai perwakilan Allah, membentuk ikatan erat antara manusia dan lingkungan.

Sementara itu, Dewan Pakar Majelis Pemberdayaan Masyarakat PP Muhammadiyah Ali Agus mengatakan bahwa masyarakat kota tidak bisa lepas dari hutang budi kepada para petani. Bayangkan jika para petani memutuskan untuk mogok membajak ladang; kelaparan akan melanda semua orang.

Menurut Ali Agus, proses yang melibatkan bercocok tanam, perawatan tanaman, budidaya, hingga panen dan pengolahan hasil pertanian tidaklah sederhana. Seorang petani tidak hanya harus memiliki kemampuan fisik, tetapi juga pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui proses belajar mandiri atau diajari oleh sesama petani.

“Seorang petani untuk dapat mengolah lahan, bercocok tanam, merawat tanaman, budidaya, memanen hingga mengolah hasilnya tidak serta merta bisa dan terampil tanpa melalui proses belajar (mandiri, diajari orang lain) dan pengalaman jangka panjang. Menjadi seorang petani perlu pengetahuan dan keterampilan,” tutur Agus.

Meski begitu, ironisnya, profesi petani tidak mendapatkan pengakuan resmi atau tunjangan profesi yang layak. Mereka adalah garda terdepan dalam memastikan ketersediaan pangan, namun status dan kesejahteraan mereka masih minim diakui. Ini adalah tantangan yang harus diatasi untuk memastikan kelangsungan hidup profesi yang sangat penting ini.

“Petani adalah Profesi, namun hingga saat ini tidak ada pengakuan resmi apalagi mendapatkan tunjungan profesi. Tidak ada!” protes dosen Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada ini.

Dalam pandangan masyarakat, petani bukan hanya pekerja pertanian, melainkan pahlawan yang pantang menyerah demi menjaga kelangsungan hidup bangsa. Penting bagi kita untuk memberikan penghargaan dan pengakuan yang layak kepada para petani sebagai fondasi keberlanjutan pangan dan kesejahteraan masyarakat. Itulah sebabnya, menjadi petani adalah lebih dari sekadar pekerjaan; itu adalah panggilan mulia untuk menjadi pahlawan pangan Indonesia.

Sumber: https://muhammadiyah.or.id/petani-pahlawan-pangan-di-indonesia/

Managed & Maintenanced by ArtonLabs