Metabolit Sekunder Dialil Sulfida Pada Bawang Putih (Alium sativum)

Metabolit Sekunder Dialil Sulfida Pada Bawang Putih (Alium sativum)

Metabolisme merupakan seluruh perubahan kimia yang terjadi dalam sel hidup yang meliputi pembentukan dan penguraian senyawaan kimia. Metabolisme primer dalam suatu tumbuhan meliputi seluruh jalur metabolisme yang sangat penting kemampuan tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Metabolit primer merupakan senyawa yang secara langsung terlibat dalam pertumbuhan suatu tumbuhan, sedangkan metabolit sekunder adalah senyawa yang dihasilkan dalam jalur metabolisme lain yang walaupun dibutuhkan tapi dianggap tidak penting peranannya dalam pertumbuhan suatu tumbuhan.

Meskipun demikian, keberadaan metabolit sekunder ini sangat penting bagi tumbuhan untuk dapat mempertahankan dirinya dari makhluk hidup lainnya, mengundang kehadiran serangga untuk membantu penyerbukan dan lain-lain. Metabolit sekunder juga memiliki manfaat bagi makhluk hidup lain. Senyawa khusus dari metabolisme sekunder sangat penting untuk berkomunikasi dengan organisme lain secara mutualisme (misalnya penarik organisme menguntungkan seperti penyerbuk) atau interaksi antagonis (misalnya pencegah terhadap herbivora dan mikroba patogen).

Gambar 1. Struktur Kimia Senyawa Dialil sulfida

Bawang putih merupakan salah satu jenis tanaman berumbi yang memiliki banyak kegunaan. Umbi bawang putih mengandung banyak zat-zat yang mengandung komponen sulfida, yang memiliki potensi sebagai antimikroba. Komponen sulfida pada bawang putih adalah allisin, diallil disulfida, diallil trisulfida, dan metil allil trisulfida.  Dialil disulfida (DADS atau 4,5-dithia-1,7-oktadiena) adalah suatu senyawa organosulfur yang terdapat pada bawang putih dan beberapa tumbuhan dari genus Allium lainnya. Terdapat bersama dialil trisulfida dan dialil tetrasulfida, DADS adalah salah satu komponen utama dari minyak atsiri bawang putih. Kegunaan dari diallil disulfida antara lain dapat membantu mengatur kadar glukosa dalam darah, sebagai antimikroba, digunakan untuk campuran dalam insektisida dan larvasida untuk membunuh hama dan larva yang mengganggu tanaman (Yuniastuti, 2006).

DADS terpisah dari minyak esensial bawang putih menunjukkan aktivitas antifungal terhadap beberapa jamur (Candida albicans, Candida tropicalis dan Blastoschizomyces capitatus). Selain itu, saponin yang diekstraksi dari Allium sativum menunjukkan aktivitas antijamur terhadap Botrytis cinerea dan Trichoderma harzianum (Diana, 2016). Laporan sebelumnya telah menunjukkan aktivitas antijamur allicin, senyawa yang ada dalam minyak esensial Allium sativum, in vitro melawan Aspergillus, Trichophyton dan Candida spp.

Selain itu, DADS yang diformulasikan dalam bentuk emulsi dapat berfungsi menghambat perkembangan uredospora patogen penyebab karat daun kopi (Hemileia vastatrix) dan spora Ceratobasidium theobromae patogen penyebab Penyakit Pembuluh Kayu Vascular streak dieback (VSD). Hal ini dibuktikan dari penurunan intensitas serangan karat daun kopi di Provinsi Jambi sebesar 46% dan di Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 84%. Selain itu terdapat pula penurunan intensitas serangan VSD sebesar 68% di Provinsi Sulawesi Selatan dan 70% di Provinsi Sulawesi Tengah (Direktorat Perlindungan Perkebunan, 2022).

Gambar 2. Pembuatan Pestisida Nabati dari Bawang Putih (Allium sativum)

Berikut cara membuat metabolit sekunder diallil sulfida secara sederhana yang akan digunakan sebagai pestisida nabati.

Bahan-bahan:
100 gram bawang putih;
0.5 liter air;
10 gram sabun;
Dua sendok teh minyak mineral;

Cara Membuat:
Bawang putih digerus dan dicampur minyak mineral, dibiarkan selama 24 jam. Larutkan sabun dalam air, kemudian campur rata dengan larutan minyak mineral yang sudah dibuat tadi, kemudian disaring dengan kain halus. Cara aplikasinya yaitu: setiap satu bagian campuran ini dilarutkan kedalam 20 bagian air. Campuran ini dapat efektif untuk beberapa jenis hama dan cendawan.

Penggunaan bawang putih sebagai pestisida nabati berperan penting dalam memajukan pertanian yang mengandalkan teknologi hayati. Jenis pestisida ini mudah terurai di alam (biodegradable), sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan hewan. Oleh karena itu, aplikasi pestisida nabati juga dapat mengamankan produk ekspor hasil pertanian (Margino dan Mangoendihardjo, 2002).

Beberapa kelemahan bawang putih sebagai pestisida nabati diantaranya yaitu: proses pembuatan yang cukup lama; beberapa bahan nabati yang terbukti efektif secara in vitro seringkali kurang efektif di lapangan, sehingga perlu diperkuat dengan bahan-bahan tambahan lain seperti larutan penyangga/buffer; dan penggunaannya masih dengan cara trial and error. Diharapkan kedepannya ada standarisasi kandungan, metode serta dosis untuk kandungan bahan aktif di pestisida nabati agar lebih efektif dan tepat sasaran (Martono, 2022).

Sumber: https://ditjenbun.pertanian.go.id/metabolit-sekunder-dialil-sulfida-pada-bawang-putih-alium-sativum/

Managed & Maintenanced by ArtonLabs