Peneliti BRIN Kaji Kesiapan Varietas Unggul Aneka Kacang Dukung Ketahanan Pangan Nasional

Peneliti BRIN Kaji Kesiapan Varietas Unggul Aneka Kacang Dukung Ketahanan Pangan Nasional

Komoditas kacang-kacangan berperan penting dalam suplai protein nabati. Selain itu, beberapa varietas kacang-kacangan telah dihasilkan periset untuk menghadapi ancaman El Nino dengan karakter memiliki daya adaptasi di lahan kering, berumur genjah, dan memiliki ketahanan cekaman biotik dan abiotik.

Hal itu dikatakan Kepala Pusat Riset Peternakan, Tri Puji Priyatno mewakili Puji Lestari selaku Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pada acara Teras TP#8 yang dihelat Pusat Riset Tanaman Pangan (PRTP) bertopik “Kesiapan Varietas Unggul Aneka Kacang Mendukung Ketahanan Pangan Nasional,” dipandu oleh Saptowo Jumali Pardal, Peneliti Ahli Madya PRTP BRIN, Jum’at (28/7).

“Komoditas aneka kacang menjadi bahan baku industri yang dapat menjadi pengungkit perekonomian masyarakat khususnya petani,” tegas Tri.

Dirinya mengharapkan peserta berperan aktif menyumbangkan pikiran inovatif yang bermanfaat bagi masyarakat, bangsa dan negara, serta memberikan informasi pentingnya aneka kacang bagi perkembangan masyarakat yang lebih berkualitas dan mendukung bangsa menjadi negara maju.

Pada kesempatan yang sama, Yudhistira Nugraha selaku Kepala PRTP BRIN menyampaikan bahwa ketahanan pangan tidak saja terkait dengan penyediaan produksi, tetapi juga diversifikasi pangan. Substitusi protein hewani dengan protein nabati tidak bisa sepenuhnya dilakukan, namun beberapa zat yang dimiliki kacang-kacangan seperti lisin yang sangat penting untuk tubuh manusia dapat diperoleh dari aneka kacang.

Menurutnya, beberapa komoditas kacang-kacangan yang belum banyak dikembangkan seperti kacang koro, bisa ditanam di pekarangan dan menjadi sumber protein potensial, sebagai sumber nutrisi. “Melalui konsep tanaman pekarangan bisa menjadi alternatif sumber pangan, bahkan diversifikasi pangan bagi masyarakat masyarakat,” jelas Yudhistira.

“Aspek penting kedelai sebagai sumber pangan fungsional ditinjau dari kandungan gizi bijinya. Bobot kering kedelai mengandung sekitar 40% protein, 20% minyak, 35% karbohidrat larut, karbohidrat tidak larut dan sisanya abu. Kedelai juga mengandung beberapa vitamin, antioksidan alami tokoferol maupun isoflavone,” rinci narasumber Ayda Krisnawati, Peneliti Ahli Madya PRTP BRIN dengan judul paparan “Varietas Unggul Kedelai sebagai Penyedia Pangan Fungsional.”

Ayda mengungkapkan, ada 114 varietas unggul kedelai di Indonesia yang dilepas sejak tahun 1918 hingga 2023. Varietas-varietas yang ke arah pangan fungsional sudah ada dan sedang berjalan mengarah ke antara lain protein, antioksidan dan isoflavon.

“Isoflavon merupakan senyawa metabolit sekunder, banyak disintesis tanaman namun tidak disintesis mikroorganisme. Isoflavon bermanfaat sebagai anti inflamasi, menurunkan kadar kolesterol, mengatasi gejala menopause, mengurangi risiko penyakit kronis seperti kanker,” terangnya.

Ayda memaparkan program perakitan varietas kedelai yang mengarah pada pemanfaatannya untuk pangan fungsional. Pertama adalah perakitan varietas BSGC (black soybean green cotyledon). Kedelai dengan karakteristik kulit bijinya berwarna hitam namun di dalamnya berwarna hijau.

Kedua, program perakitan varietas kedelai kaya sistin dan metionin. Karena kandungan sistin dan metionin kedelai belum mencukupi kebutuhan manusia maka defisiensi ini memicu upaya meningkatkan kandungan sistin dan metionin kedelai. Ketiga, program perakitan varietas kedelai kaya isoflavon generasi baru, dengan kandungan isoflavon lebih tinggi dibandingkan varietas yang sudah dilepas sebelumnya.

“Beberapa varietas yang sudah dilepas dan yang sedang dirakit selain memiliki kandungan mineral dan fungsional lainnya juga berproduktivitas tinggi,” ungkap Ayda.

Narasumber selanjutnya Nuryati, Peneliti Ahli Pertama PRTP BRIN, menjelaskan paparan berjudul “Dukungan Varietas Unggul Kacang Tanah sebagai Bahan Baku Industri.” Dikatakannya bahwa kacang tanah merupakan palawija penting ketiga  di Indonesia setelah kedelai dan jagung. “Kacang tanah bukan tanaman asli Indonesia tetapi sudah lama dibudidayakan di Indonesia,” katanya.

Nuryati menyebutkan, kacang tanah memiliki kandungan nutrisi terdiri dari lemak, protein, karbohidrat, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin B, vitamin C. Di Indonesia terdapat dua tipe kacang tanah yang banyak dibudidayakan yaitu Spanish dan Valencia. Karakter yang mudah membedakan antara keduanya adalah tipe Spanish memiliki biji dua dan Valencia berbiji tiga atau lebih.

Lebih lanjut Nuryati menuturkan, kebutuhan kacang tanah di Indonesia terus meningkat, sementara produksi nasional cenderung menurun. Ini diakibatkan adanya penurunan luas lahan serta produktivitas, untuk memenuhi kebutuhan Indonesia mengimpor setiap tahunnya. Penggunaan kacang tanah di Indonesia sebagian besar sebagai bahan pangan. Keragaman produk olahan kacang tanah yang tinggi  menuntut tersedianya bahan baku dengan karakter khusus.

“Ketersediaan varietas unggul kacang tanah untuk industri pangan sudah memadai. Tetapi telah terjadi pergeseran selera konsumen yaitu kebutuhan pangan sehat. Penyediaan varietas kacang tanah yang aman dan menyehatkan yaitu kacang tanah tinggi oleat, rendah aflatoksin, non alergi atau rendah protein alergenik, menjadi tantangan perakitan varietas kacang tanah kedepan,” ungkap Nuryati.

Narasumber lainnya Trustinah, Peneliti Ahli Utama PRTP BRIN, dengan materi “Optimasi Produktivitas Lahan Melalui Penggunaan Varietas Unggul Kacang Hijau” menyebutkan, pertambahan penduduk memerlukan upaya peningkatan produksi pangan nasional. Di sisi lain dengan meningkatnya alih fungsi lahan, upaya peningkatan produksi tidak hanya dilakukan di lahan subur dan optimal yang semakin berkurang, tetapi sudah mengarah kepada lahan sub optimal, salah satunya di lahan kering.

“Optimasi produktivitas lahan merupakan upaya memanfaatkan lahan-lahan yang tersedia secara maksimal dengan meningkatkan produktivitas persatuan luas lahan dan meningkatkan Indeks Pertanaman (IP), menggunakan teknologi perbaikan fisik dan kimiawi tanah, sarana dan prasarana, varietas serta mengusahakan berbagai komoditas dengan mengatur pola tanam sesuai wilayah dan potensi sumberdaya lahan setempat salah satunya dengan kacang hijau,” ujar Trustinah.

“Kacang hijau mengandung protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral dan asam folat yang sangat bermanfaat bagi kesehatan. Karakteristik dan adaptasi kacang hijau memiliki umur genjah, toleran kekeringan sehingga potensial dikembangkan di lahan kering,” sambungnya.

Dirinya menuturkan, dua dekade terakhir luas panen maupun produksi kacang hijau cenderung melandai turun tetapi produktivitasnya naik. “Ini tidak terlepas dari peran varietas unggul dan saat ini 26 varietas unggul kacang hijau telah dilepas. Varietas unggul yang tersedia telah didistribusikan ke seluruh Indonesia dan terbanyak di Pulau Jawa, NTB dan NTT,” pungkas Trustinah.

Sumber: https://www.brin.go.id/news/113811/peneliti-brin-kaji-kesiapan-varietas-unggul-aneka-kacang-dukung-ketahanan-pangan-nasional

Managed & Maintenanced by ArtonLabs