Hadapi Musim Kemarau BRIN Lakukan Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca

Hadapi Musim Kemarau BRIN Lakukan Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca

Peranan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk mendukung upaya penanggulangan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) tertuang dalam Instruksi Presiden No 3 Tahun 2020 tentang Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan (karhutla). Terkait hal tersebut, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bekerja sama dengan Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) melakukan upaya pembasahan lahan gambut. Memanfaatkan TMC untuk mengantisipasi bencana karhutla di Provinsi Kalimantan Tengah, pada Rabu (09/08).

Pada kesempatan TMC kali ini, Koordinator Lapangan Samba Wirahma dari Lab. Pengelolaan TMC BRIN mengatakan, pelaksanaan operasional kegiatan dikendalikan dari Pos Komando (Posko) yang berada di Bandara Tjiik Riwut Palangkaraya, Kalimantan Tengah.

“Kegiatan ini didukung oleh TNI AU dari Skadron Udara 4 Lanud Abdulrachman Saleh Malang dengan mengerahkan armada pesawat CASA 212-200 beserta 11 kru pesawat. Kami juga mendapat dukungan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah, BPBD Provinsi Kalimantan Tengah, serta PT. Angkasa Pura II,” ujar Samba.

Selain personil yang bertugas di Posko, ditempatkan juga beberapa personil yang bertugas di Pos Meteorologi Sampit dan Kapuas untuk melaporkan kondisi cuaca. “Kami juga melakukan pengamatan visual pertumbuhan awan tiap jam, pada tim yang ada di Posko Palangkaraya. Hal ini untuk dianalisis sebagai salah satu pertimbangan dalam penentuan strategi penyemaian awan,” ungkapnya.

Koordinator Laboratorium Pengelolaan TMC BRIN, Budi Harsoyo menjelaskan, operasi TMC dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi solusi permanen dalam upaya pengendalian bencana karhutla di indonesia.

“BMKG memprediksi fenomena El Nino yang terjadi tahun ini akan berpotensi mengakibatkan bencana karhutla yang lebih besar dibandingkan sebelumnya. Sejak April operasi TMC tahun ini dilakukan secara simultan di sejumlah provinsi rawan bencana karhutla. Baik untuk tujuan pembasahan lahan gambut (re-wetting), maupun memadamkan karhutla (fire suppresion). Pada masa transisi menjelang musim kemarau, seperti di Kalimantan Tengah,” paparnya.

Yudho Sakti Mustika Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim (PPI) Wilayah Kalimantan, menyampaikan dukungannya terhadap kegiatan TMC kali ini. Dia berharap jumlah kebakaran hutan dan lahan di wilayah Kalimantan Tengah dapat berkurang.

“Kami berharap dengan adanya TMC tidak hanya dapat membasahi lahan gambut, tapi juga dapat mengurangi jumlah titik hotspot yang ada di wilayah Kalimantan Tengah. Terdapat banyak titik hotspot yang harus terus dipantau mengingat area yang sulit dijangkau oleh tim darat. Semoga dengan adanya TMC ini dapat membuahkan hasil yang optimal, sehingga karhutla dapat terkendali dengan baik,” terang Yudho.

Catur selaku Kepala Stasiun Meteorologi BMKG Palangkaraya menyampaikan, pada Agustus ini sebagian wilayah Provinsi Kalimantan Tengah sudah masuk musim kemarau. Dia berharap upaya TMC bisa memanfaatkan semaksimal mungkin parameter cuaca lokal yang masih potensial untuk pertumbuhan awan.

“Mengingat tahun ini musim kemarau dibarengi dengan fenomena El Nino yang menguat. Dengan adanya prakiraan musim kemarau yang dibarengi dengan fenomena El Nino, semoga TMC dapat membantu mengatasi kekeringan di Wilayah Kalimantan Tengah,” terang Catur.

Menyikapi hal tersebut, jika memang nantinya masih ada potensi pada Agustus ini maka bisa dimaksimalkan potensi awan yang ada dengan TMC. Catur mengakhiri sambutannya dengan menyampaikan bahwa BMKG siap mendukung data-data parameter cuaca untuk mengoptimalkan kegiatan TMC di Provinsi Kalimantan Tengah.

Kasubpokja Restorasi Gambut BRGM Wilayah Kalimantan Tengah David Purwodesrantau menyampaikan, BRGM siap memfasilitasi TMC sesuai dengan MoU yang sudah disepakati dalam upaya mitigasi kahutla di wilayah lahan gambut pada 2023.

“Upayakan semaksimal mungkin, mudah-mudahan dapat membantu tim satgas darat dalam mengisi tampungan air dengan air yang mencukupi. Kami juga mohon dukungan untuk mendorong pihak lain selain BRGM untuk bisa melanjutkan pelaksanaan TMC,” lanjut David.

Pada kegiatan ini hadir juga Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah Joni Harta. “TMC ini adalah kegiatan yang luar biasa. Bagian dari pencegahan karhutla dan diharapkan dapat mendukung kegiatan-kegiatan tim lapangan dalam mengatasi karhutla. Kegiatan ini sebagai bagian pencegahan karhutla di wilayah Kalimantan Tengah. Harapan kami kegiatan ini bisa mendukung kegiatan lapangan lainnya yang telah kami lakukan,” tutup Joni.

Fenomena El Nino yang semakin menguat pada awal Agustus 2023 dengan Indeks bernilai +1.04 menyebabkan kondisi cuaca yang relatif kering. Ditambah dengan masuknya musim kemarau di sebagian Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah. Hal tersebut menyebabkan potensi kemunculan titik panas (hotspot) yang menjadi asal muasal bencana kebakaran hutan dan lahan juga semakin meningkat.

Dari data sebaran titik panas yang tertangkap satelit NASA-MODIS yang dipublikasikan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dalam situs SIPONGI, pada Juli 2023 lalu telah muncul setidaknya 121 titik panas dengan tingkat kepercayaan menengah hingga tinggi (di atas 50%) di Provinsi Kalimantan Tengah.

Dari pantauan Sistem Pemantau Air Lahan Gambut (SIPALAGA) yang dipublikasikan oleh BRGM, tujuh stasiun pemantauan tinggi muka air lahan gambut yang saat ini masih online menunjukkan status rawan. Artinya, sebagian besar lahan gambut yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah sudah mengering dan ketinggian air dalam tanah sudah lebih rendah dari 40 cm di bawah permukaan tanah.

Sumber: https://www.brin.go.id/news/114238/hadapi-musim-kemarau-brin-lakukan-operasi-teknologi-modifikasi-cuaca-di-provinsi-kalimantan-tengah

Managed & Maintenanced by ArtonLabs