BRIN Kaji Inovasi Teknologi Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Ramah Lingkungan

BRIN Kaji Inovasi Teknologi Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Ramah Lingkungan

Hama dan penyakit yang menyerang pada tanaman aneka kacang dan umbi di Indonesia cukup banyak, sejak awal pertumbuhan hingga panen. Kehilangan hasil akibat organisme pengganggu tanaman (OPT) dapat mencapai 80% hingga dapat menyebabkan gagal panen (puso). 

Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan (ORPP) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Puji Lestari dalam sambutannya pada Webinar Pusat Riset Tanaman Pangan Teras-Tp#9, bertajuk “Inovasi Teknologi Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Ramah Lingkungan,” pada Selasa (8/8) secara virtual.

“Pengendalian OPT oleh petani umumnya menggunakan pestisida kimia sintetik, yang secara tidak langsung mengakibatkan resistensi akibat penerapan dosis aplikasi serta pemilihan jenis bahan aktif pestisida kimia sintetik yang kurang tepat,” terang Puji.

Dirinya mengungkapkan beberapa kelebihan biopestisida sebagai agens pengendalian biologis adalah (1) memiliki efikasi tinggi dalam menekan perkembangan hama dan penyakit, (2) mudah terurai di alam, (3) tidak menyebabkan resistensi dan resurgensi, (4) tidak mencemari sumber air, ternak, hewan peliharaan, manusia, dan lingkungan, (5) bersifat kosmopolit dan tersedia berlimpah di sekitar kita, (6) murah dan mudah, sehingga petani dapat memproduksi massal secara mandiri tanpa menggunakan fasilitas yang canggih, dan (7) produk pertanian yang dihasilkan organik mempunyai nilai jual yang tinggi. 

Puji berharap peserta webinar mendapat manfaat berupa informasi terkini terkait perkembangan teknologi pengendalian organisme pengendali tanaman. Teknologi eksplorasi, pembuatan pestisida dan teknik penggunaannya di lapang dapat diterapkan oleh petani.

Selanjutnya dampak ke depannya diharapkan dapat ditingkatkan eksplorasi agens hayati potensial, serta sumber daya alam lokal di Indonesia yang bermanfaat sebagai pestisida nabati.

“Selain itu, kolaborasi dengan universitas dan mitra baik pemerintah maupun swasta lebih ditingkatkan. Penelitian potensi kandungan metabolit baik dari tanaman aneka kacang dan umbi serta sumber daya alam lainnya yakni tanaman, mikroba, serangga berguna yang mendukung pengelolaan OPT ramah lingkungan pada tanaman aneka kacang dan umbi lebih ditingkatkan,” pungkasnya mengakhiri.

Pada kesempatan yang sama Kepala PR Tanaman Pangan BRIN, Yudhistira Nugraha menyampaikan bahwa penggunaan biopestisida dalam pengendalian OPT merupakan solusi yang tepat, selain produk yang dihasilkan bebas pestisida kimia sintetik juga produk bernilai ekonomi tinggi. 

Yudhistira juga berharap, dari pelaksanaan webinar ini tersampaikan informasi dan mekanisme kerja yang dapat mendukung program pengelolaan OPT aneka kacang dan umbi yang ramah lingkungan untuk mendukung pengembangan pertanian aneka kacang dan umbi yang berkelanjutan di Indonesia.

Narasumber Yusmani Prayogo, Peneliti Ahli Utama PR Tanaman Pangan BRIN dengan materi “Inovasi Teknologi Pengendalian Hama Penggerek Umbi Cylas formicarius dan penyakit Scab Sphaceloma batatas Ramah Lingkungan dan Produksi Tinggi” memaparkan ubi jalar merupakan salah satu komoditas kaya antioksidan yakni antosinin dan betakaroten sehingga menjadi sumber pangan fungsional potensial untuk ekspor ke berbagai negara.

Lebih lanjut Yusmani menjelaskan salah satu kendala peningkatan produktivitas ubi jalar di Indonesia adalah serangan hama penggerek umbi (Cylas formicarius) dan penyakit scab (Sphaceloma batatas) dengan kehilangan hasil antara 40-100%

“Inovasi teknologi pengendalian hama dan penyakit utama ubi jalar ramah lingkungan dapat mempertahankan produktivitas ubi jalar di atas 30 t/ha dengan kualitas produk organik bebas residu pestisida kimia potensi harga lebih tinggi dibandingkan produk konvensional,” ujar Yusmani.

Narasumber Yuliantoro Baliadi, Peneliti Ahli Utama PR Tanaman Pangan BRIN dengan materi “Inovasi Teknologi Pengendalian Cowpea Mild Mottle Virus (CPMMV) pada Kedelai Ramah Lingkungan” menyebutkan Cowpea Mild Mottle Virus (CPMMV) merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman kedelai. CPMMV mengancam keberhasilan produksi aneka kacang lainnya seperti kacang tanah, kacang hijau yang merupakan komoditas yang ditumpangsarikan dengan kedelai di Indonesia.

“Jangkauan geografis CPMMV sangat luas, dan telah didokumentasikan di lebih dari 30 negara yang tersebar di seluruh dunia. CPMMV menginfeksi kedelai dengan dan tanpa menunjukkan gejala pada varietas unggul kedelai yang ditanam Indonesia,” ucap Yuliantoro

Menurut Yuliantoro, infeksi CPMMV dan B. tabaci menurunkan hasil kedelai dan penularan lewat vektor B. tabaci dan benih terinfeksi menjadi komponen penting penyebaran CPMMV di lapangan.

Selain itu teknologi produksi benih kedelai harus bebas CPMMV serta program pemuliaan kedelai perlu dilanjutkan untuk memperoleh VUB kedelai tahan/toleran B. tabaci atau CPMMV. 

Webinar ini turut mengundang narasumber Trizelia dari Universitas Andalas dan Ari Citra Dewi dari PT Garudafood Putra Putri Jaya dan dipandu oleh Alfi Inayati Peneliti PR Tanaman Pangan BRIN.

Sumber: https://www.brin.go.id/news/114253/brin-kaji-inovasi-teknologi-pengendalian-organisme-pengganggu-tanaman-aneka-kacang-dan-umbi-ramah-lingkungan

Managed & Maintenanced by ArtonLabs