Humas BRIN, Kelompok Riset 8 Sistem Instrumentasi Terapan Akuisisi Big Data dan Pengukuran Kontinu dari Pusat Riset Sistem Produksi Berkelanjutan dan Penilaian Daur Hidup (PRSPBPDH) Organisasi Riset Energi dan Manufaktur – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tengah mengembangkan prototipe alat pengukuran cepat unsur hara tanah. Kelompok riset 8 yang diketuai oleh Yaya Suryana mendapatkan dana riset dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dengan Skema Riset dan Inovasi Indonesia Maju (RIIM).
Yaya mengatakan, status riset saat ini sedang berjalan dan beberapa tahapan telah dilakukan. “Tahap awal riset ini adalah membuat prototipe alat pengukuran cepat unsur hara tanah. Prototipe alat yang dibangun menggunakan panjang gelombang near infrared,” ujar Yaya.
Dijelaskan Yaya, kalibrasi prototipe dilakukan dengan cara membuat model kesuburan tanah meliputi kandungan N, P, K, C-organik, dan pH. Agar protipe mempunyai akurasi dan validasi tinggi, model pendugaan perlu dibangun dari berbagai jenis tanah berbeda serta tingkat kesuburan lahan selebar mungkin.
Untuk keperluan mendapatkan keberagaman jenis tanah, lanjut Yaya, Kelompok riset 8 melakukan ekspedisi ke beberapa tempat. Sebelumnya, sampel yang sudah berhasil dikumpulkan berasal dari Kota Bogor dan Kabupaten Subang di Propinsi Jawa Barat, Kabupaten Magelang dan Kabupaten Purwokerto di Propinsi Jawa Tengah serta Kabupaten Gunung Kidul dan Kabupaten Sleman di Propinsi DIY.
Kemudian pada 7-11 Agustus 2023, pengambilan sampel tanah dilakukan di beberapa wilayah lainnya yakni, di Kota Solo, Propinsi Jawa Tengah, serta Kota Batu dan Kabupaten Malang di Propinsi Jawa Timur.
Selain mengambil sampel tanah, Kelompok Riset 8 juga menyempatkan audiensi dengan kepala dinas pertanian atau Pimpinan Pemda di lokasi pengambilan sampel untuk menyampaikan rencana kegiatan yang akan dilakukan di wilayahnya. “Dari diskusi itu berlanjut untuk penjajakan kerjasama dalam rangka membantu Pemda menangani permasalahan yang ada,” ucap Yaya.
“Topik mengenai pembangunan pertanian berkelanjutan, ketahanan pangan dan isu lingkungan menjadi pembahasan yang menarik dan akan ditindaklanjuti dalam kerjasama riset selanjutnya,” lanjutnya.
Berdasarkan pengamatan kondisi tanah di lapang, tingkat kesuburan dan kondisi tanah sangat beragam. Ada tanah yang gembur, mudah digali, sebagian lainnya keras, bahkan memerlukan linggis agar bisa mencapai kedalaman 30 cm.
Jika riset ini berjalan sesuai rencana, beber Yaya, petani dan penyuluh lapang akan memiliki alat yang dapat mengukur kadar N, P, P, C-organik dan pH secara cepat dan akurat. “Pengukuran kadar tersebut secara konvensional di laboratorium bisa memakan waktu1-2 bulan. Sedangkan alat yang sedang dirancang, cukup menggunakan waktu beberapa menit saja untuk mendapatkan hasil,” bebernya.
Selanjutnya, system pengukuran unsur hara bisa merekomendasikan takaran pupuk yang optimal untuk kondisi tanah yang ada. Selain untuk petani, manfaat database yang dibangun dalam sistem ini bisa digunakan sebagai dasar kebijakan para stakeholder untuk menentukan alokasi pupuk dan kondisi nyata kesuburan lahan di seluruh wilayah Indonesia.
“Pada akhir tahun ini, kelompok riset menargetkan satu prototipe alat uji kesuburan lahan. Selanjutnya, pengujian prototipe dan pembangunan sistem informasi dilakukan pada tahun 2024, dan bisa mulai disertifikasi dan dipasarkan pada tahun 2025,†tandas Yaya
Hasil riset ini adalah merupakan desain industri dan telah didaftarkan ke Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusi dan menunggu sertifikat HAKI. Berikutnya, dua paten terkait prototipe sedang dirancang dan akan segera didaftarkan. Selain itu, model pendugaan unsur hara tanah sedang dibangun agar menghasilkan tingkat akurasi yang dapat diandalkan.
Sumber: https://www.brin.go.id/news/114776/brin-kembangkan-alat-ukur-cepat-tingkat-kesuburan-tanah