Teknologi iradiasi untuk komoditi ekspor sangat diperlukan agar kualitas dan daya saing produk, buah dan sayur lokal dapat diterima di pasar internasional. Demikian disampaikan oleh Florent Kuntz, tenaga ahli dari International Atomic Energy Agency (IAEA) dalam Expert Mission IAEA Program TC National INS5045 ke Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) di Kawasan Sains dan Teknologi (KST) G.A. Siwabessy, Pasar Jumat pada Selasa (23/05).
“Aplikasi pemrosesan iradiasi ditentukan oleh akurasi dosis yang diserap oleh materi. Pedoman perlakuan iradiasi untuk komoditas ekspor telah tercantum dalam International Standard Phytosanitary Measures yang disusun oleh The International Plant Protection Convention (IPPC),” ungkap Florent.
“Dosis serap adalah energi rata-rata yang diberikan ke sejumlah materi dibagi dengan massa materi itu. Akurasi dosis serap harus diukur dengan alat dan standar yang valid,” jelasnya.
Dalam kegiatan yang mengambil tema “Strengthening Food Security Through Improvement of Food for Export Using Gamma Irradiators and Electron Beams” ini, Florent juga menyampaikan bahwa sistem dosimetri yang valid dan tertulusur mutlak diperlukan dalam setiap proses iradiasi.
“Akurasi dosis serap hanya bisa diukur melalui dosimetri yang valid. Pemantauan dosis iradiasi dapat membantu customer, operator, dan periset dalam memenuhi kriteria proses radiasi sesuai pedoman yang berlaku,” kata Florent.
Selanjutnya Florent menyampaikan tentang jenis dosimeter yang umum dipakai oleh operator iradiator. “Jenis dosimeter mempunyai karakteristik dan prinsip kerja yang berbeda-beda. Pengetahuan akan jenis dan sistem dosimetri harus dikuasai oleh operator iradiasi,” tegasnya.
Dalam kesempatan ini Kepala Pusat Riset Teknologi Proses Radiasi (PRTPR) – BRIN, Irawan Sugoro menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bukti komitmen bersama untuk mempromosikan keunggulan dan memajukan proses iradiasi dan dosimetri yang terstandardisasi.
“Radiasi merupakan energi yang dapat digunakan diberbagai macam sendi kehidupan, seperti di bidang kesehatan, pertanian hingga industri, khususnya industri pangan seperti buah dan sayur untuk komoditas ekspor. Kami telah mengumpulkan berbagai kelompok pakar, peneliti, dan praktisi dari disiplin ilmu terkait untuk mengembangkan lingkungan yang mendorong kolaborasi, pertukaran ide, dan berbagi pengalaman,” kata Irawan.
Irawan menyampaikan bahwa dalam kegiatan Expert Mission IAEA Program TC National INS5045 yang berlangsung dari tanggal 23 hingga 26 Mei ini akan dipelajari berbagai topik seperti mengeksplorasi dasar-dasar radiasi dan interaksinya dengan materi serta meninjau teknik terbaru dalam dosimetri. Selain itu juga berdiskusi tentang teknik karantina komoditas ekspor berbasis radiasi melalui serangkaian paparan yang informatif dan demonstrasi langsung.
Ia juga berharap kegiatan ini menjadi kesempatan untuk berjejaring dan membangun koneksi. “Saya mendorong anda semua untuk memanfaatkan kegiatan ini sebaik-baiknya. Serap pengetahuan, bina koneksi baru, dan raih kemungkinan yang terbentang di depan,” ujarnya.
Beberapa perwakilan peserta memaparkan aplikasi dosimetri terkait verifikasi dosis dari fasilitas electron beam dan irradiator gamma yang mereka miliki, diantaranaya dipaparkan oleh Adam dari BRIN, Gustam dari PT. Ion Merah Putih dan Riza Dewi dari PT. Esterna. Peserta juga melakukan kunjungan ke fasilitas Iradiator di KST G.A. Siwabessy, Pasar Jum’at dan fasilitas Iradiator Gamma Merah Putih di KST B.J. Habibie, Serpong.